Di daerah Mosul, Iraq, terdapat sebuah kampung bernama Ninawa yang penduduknya berpaling dari jalan Allah yang lurus dan malah menyembah patung dan berhala. Allah Subhaanahu wa Ta’ala ingin memberikan petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan lurus, maka Allah mengutus Nabi Yunus Alaihis Salaam untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah Azaa wa Jalla.
Akan tetapi, berdakwah di Ninawa bukanlah hal yang mudah bagi Yunus ibn Mata. Betapa tidak, siang dan malam, pagi dan petang, Nabi Yunus mengajak mereka meninggalkan berhala-berhala tak bernyawa dan perbuatan-perbuatan tak bermakna. Tapi hanya cemooh dan tertawaan, umpatan dan makian, serta penolakan dan pengusiran yang dia dapat.
Maka, nabi Yunus Alaihissalam pergi meninggalkan kaumnya. Dia pergi dengan amarah. Dia tinggalkan negerinya sembari mengancam azab Allah yang sebagaimana terjadi pada kaum nabi Nuh, ‘Aad, Tsamud, dan penduduk negeri Luth. Dia pergi karena ketaksabarannya. Dia pergi sebelum ada perintah Allah untuk menghentikan dakwahnya. Maka Allah pun menegur hamba yang disayangi-Nya.
Ringkas cerita, nabi Yunus menumpangi sebuah kapal akhirnya dibuang ke samudra. Kapal yang ditumpanginya berada dalam badai yang mengerikan, maka ada yang berkeyakinan seseorang harus dipersembahkan pada penguasa lautan. Setelah muncul namanya tiga kali dalam undian, maka nabi Yunus Alaihis Salaam dibuang ke samudra. Kemudian ketetapan Allah pun berlaku baginya. Seekor ikan membuka mulut menyambut tubuhnya yang terjun ke air. Maka jadilah nabi Yunus berada di dalam perut ikan menuju ke dasar lautan yang gelap dan kelam.
Di dalam perut ikan Nun, nabi Yunus Alaihis Salaam menyesali perbuatannya, “La ilaaha illaa Anta, subhaanaKa, innii kuntu minazhzhaalimiin. Tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya.”(QS. Al-Anbiyaa’ : 87)
Pada doa nabi Yunus seharusnya kita belajar, bahwa dalam berdoa tak mesti dirinci-rincikan, tak perlu didetail-detailkan. Karena Allah sangat mengetahui apa yang kita inginkan. Allah sangat mengerti apa yang kita mau. Demikianlah pada pinta nabi Yunus, dalam kondisi yang lemah beliau berdoa kepada Allah dengan mengakui dirinya telah berbuat aniaya. Tak terdapat dalam doa tersebut pinta agar beliau diselamatkan dari perut ikan Nun, beliau hanya menyesali perbuatannya dan mengakui keesaan Allah.
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Doa Dzun Nun adalah di antara seagung-agung doa dalam Al-Qur’an.” Doa itu mengandung dua hal saja, merunduk mengakui keesaan dan keagungan Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan berlirih mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Maka doa yang tak dirinci-rinci nabi Yunus Alaihis Salaam membuahkan keberkahan yang berlapis-lapis. Nabi Yunus bukan hanya dikeluarkan dari perut ikan. Dia bahkan tak perlu bersusah payah berenang karena diantar oleh sang ikan sampai ke tepian. Dan tempatnya didamparkan bukanlah sembarang daratan. Di hamparan tanah daratan tersebut ditumbuhi suatu tanaman dari jenis labu yang bisa dikonsumsi nabi Yunus sehingga stamina tubuhnya yang lemah bisa kembali pulih.
Kemudian keajaiban yang lebih besar pun terjadi, keberkahan yang luar biasa dari doa yang tak dirinci-rinci, hanya penyesalan di hadapan Allah atas kesalahan yang dilakukan nabi Yunus menjadi anugrah hidayah bagi begitu banyak manusia dari kaumnya. Kaum yang dulu ditinggalkan kerena durhaka kepada Allah, kini telah beriman dan menyembah-Nya. Nabi Yunus pun meneteskan air mata begitu melihat sebagian besar manusia sudah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
JANGAN BERLEBIHAN DALAM BERDOA.
Ada beberapa bentuk berlebihan dalam berdoa, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Fatwa Islamqa No. 41017. Diantaranya adalah sebagai berikut:
- Merinci doa.
Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar putranya berdoa, “Ya Allah, jika aku masuk surga berikanlah kepadaku istana berwarna putih di sebelah kanan surga.” Abdullah lalu berkata kepada puternaya, “Wahai anakku jika berdoa mintalah pada Allah surga dan mintalah agar dijauhkan dari neraka karena aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘“Akan datang pada ummat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa.”’ (HR. Abu Dawud no. 96, Ibnu Majah no. 3864, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadist ini shahih)
- Meminta sesuatu yang haram atau menjadi perantara bertujuan yang haram.
Contohnya, bolehkah kita meminta dalam doa agar diberi mobil? Kalau tujuan mobil itu nantinya kita pakai untuk pergi ke klub malam atau sebagai sarana untuk mendatangi tempat maksiat. Maka doa tersebut termasuk berlebihan.
Sebagaimana disebutkan dalam kaidah fiqih, “Al-wasail lahaa ahkamul maqoshid.” Yang artinya hukum perantara sama dengan hukum tujuan.
Karena itulah, jangan egois dalam berdoa dengan merinci-rincinya. Karena sungguh Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Baiknya meminta doa itu dengan kalimat yang singkat namun syarat makna. Karena memberi rincian detail dalam doa termasuk berlebihan dalam berdoa.
Oleh: Andri Astiawan Azis
(Mahasiswa Qassim University, KSA)