MAKASSAR, wahdah.or.id – Ketika dakwah menjadi profesi, maka seseorang akan menghibahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk itu. Dan boleh jadi, kecintaannya dengan dakwah akan membuatnya melakukan apa saja demi Islam. Termasuk yang saat ini di jalani oleh Muhammad Taufik Hidayat (25).
Pemuda asal Bintuni, Papua ini merupakan calon dai yang sementara belajar di program Sekolah Dai (Tadrib ad Du’at) Wahdah Islamiyah. Selama tiga tahun, ia bekerja sebagai konsultan teknik sipil di sebuah perusahaan besar di Papua.
Seiring berjalannya waktu, Taufik, saat melihat kondisi keagamaan muslim Papua merasa terpanggil untuk ikut andil dalam melakukan perbaikan dengan jalan dakwah.
“Saya dengar di Makassar ada program sekolah dai yang di inisiasi oleh Wahdah. Saya pikir inilah kesempatan saya untuk mewujudkan impian saya,” ujar Taufik, lewat pesan singkat, Kamis (29/11).
Ia menjelaskan, hampir semua masjid di daerahnya jarang tersentuh oleh dakwah-dakwah islam.
“Palingan Jumatan saja kami disuguhi dengan tausyiah dan siraman kalbu,” tambahnya.
Pria keturunan Papua-Bima ini bertekad untuk menjadi dai. Selepas setahun belajar dalam program tersebut, ia akan kembai ke Papua.
“Insya Allah, saya tetap akan fokus berdakwah di tanah kelahiran saya,” imbuhnya.
Masyarakat muslim Papua menurut Taufik sangat membutuhkan sentuhan dakwah. Masih banyak yang belum bisa membedakan membedakan mana yang halal dan mana yang haram.
Bulan Maret tahun 2018 lalu ia keluar dari perusahaannya tersebut. Meski di akuinya, jabatan dan gaji di tempat tersebut cukup menjanjikan.
“Semuanya karena dakwah. Dan tetap karena dakwah,” pungkasnya.[]