Ahad (24/08/14) tepatnya pukul 09.00 – 15.00 WIB berlangsung Daurah syar’iyyah yang dilaksanakan oleh DPD WI Depok bekerjasama dengan Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyyah Depok, dan DKM Masjid Jami’ Al-Huda Depok. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai sarana bagi umat islam, khususnya yang bermukim di daerah Cimanggis Depok dapat mengenal islam lebih dekat.
Acara ini mengangkat tema “Manhaj Ahlussunnah fi at-talaqqi wa al-istidlaal ‘inda ahl as-Sunnah wa adaab al-khilaf”. Dalam bahasa indonesia, Metode belajar Islam dan Seni menyikapi perbedaan pendapat”. Pemateri menuturkan banyaknya pemuda yang terjerat dalam aliran-aliran ekstrim, mudah mengkafirkan dan memvonis karena salah metode dalam mempelajari ad-dien. “Mereka menggunakan al-qur’an dan sunnah, tapi melakukan penempatan dalil yang keliru”, tutur Syaikh yang juga Alumni Dirasat Qur’aniyyah Universitas Malik Su’ud ini.
Menurut Ust. Sobar Siswoyo, MA Ketua DPD WI Depok dalam sambutannya menegaskan pentingnya belajar Islam dari sumbernya dengan talaqqi. Karena kualitas agama seseorang sesuai dengan kualitas pemahaman agamanya. Selain itu pula, beliau menegaskan “Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan umat serta bagaimana mendakwahkannya kepada umat islam yang lain.” Tutur Ustadz yang juga Pengajar Tahfidz SMP At-Taufik ini.
Ketua DKM Masjid Jami’ Al-Huda Cimanggis Depok, Drs. H. Kayamuddin sangat mendukung kegiatan seperti ini. Apalagi kaum muslim sangat terpecah-pecah oleh golongan-golongan organisasi. Sementara mereka sedang menghadapi serangan musuh-musuhnya yang begitu gencar. Lewat jalur politik, ekonomi dan pendidikan.
Kegiatan ini belangsung selama enam jam yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama mebahas Manhaj Ahlussunnah dalam ber-istidlal yang dimulai pukul 09.30 – 11.30. Sesi kedua membahas seni menyikapi pendapat, dari pukul 13.00 – 15.00.
Dalam menyampaikan materinya, Syaikh al-Hubaisyi menekankan pentingnya belajar aqidah dan tujuan utamanya adalah untuk diri sendiri. Bukan untuk selanjutnya membenarkan diri sendiri dan menyalahkan yang tidak sepaham dengan mereka. Begitu pula persoalan yang besar seperti Daulah Islam, Khilafah Islam, dan persoalan jihad tidak bisa diputuskan begitu saja dengan pertimbangan ilmu yang sangat minim. Beliau menuturkan, “Banyak orang yang membicarakan persoalan-persoalan seperti tadi, sementara mereka hanya hidup dalam lingkungan kampung mereka yang sempit, tapi sudah membahas dunia, padahal para ulama pun sangat hati-hati dalam membahasnya”.

Di sesi kedua, Syaikh membahas kaidah-kaidah Berinteraksi dengan pihak yang Berbeda Pendapat. diantara yang beliau sampaikan diantaranya adalah wajibnya tashihun niyyah (meluruskan niat), menghindari sikap tazkiyatun nafs (menganggap suci diri), siap menerima kebenaran, memperhatikan kemampuan akal setiap orang, memperhatikan kondisi suatu tempat, dialog secara terbuka, tidak berlebihan, menjaga kehomatan sesama muslim, ojektif, adil, menghormati pihak yang berbeda pendapat, serta tidak ta’asshub da beberapa adab yang lain.
Acara ini disambut antusias oleh warga setempat. Hal itu terbukti dari kehadiran peserta sebanyak 200 orang dengan publikasi hanya berjarak sekitar satu pekan. Acara ini ditutup dengan pembagian doorprize kepada 10 peserta terbaik berupa buku Fiqh bergambar yang dihadiahkan oleh yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah. Tak lupa pula pihak penyelenggara menyalurkan bantuan pembangunan Sebesar satu juta rupiah kepada DKM sebagai dana pembangunan masjid yang sedang dalam rehabilitasi 90 % (elfaatih).