Dahsyat, Kelompok Islam Lintas Tandzim Bersatu dalam Wadah MIUMI
Di tengah merosotnya wibawa ulama di tengah umat dewasa ini, disaat banyak kelompok Islam berpecah belah seraya membanggakan diri golongannya, maka lahirlah Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
MIUMI adalah sebuah wadah lintas tandzim yang datang dari berbagai kelompok Islam di Tanah Air. Tanpa bermaksud mendikotomi tua-muda, kaum intelektual dan ulama muda yang tergabung dalam MIUMI berupaya bangkit untuk memberi kontribusinya bagi umat, khususnya umat Islam, tanpa ada yang merasa tersaingi dengan kehadirannya.
Kemarin, Rabu (28) malam, para intelektual Islam dan ulama muda Indonesia membacakan deklarasinya dalam tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) di Grand Hotel Sahid, Jakarta, dengan dihadiri oleh para ulama, pimpinan ormas Islam serta pejabat lainnya, sebut saja seperti: Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah), Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi), Bambang Widjajanto (Ketua KPK), Fuad Bawazir (Partai Hanura), dan para ustadz lainnya.
Berikut ini adalah inisiator yang terdiri dari para intelektual dan ulama muda yang menyepakati berdirinya MIUMI: Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi (Ketua INSIST/Ketua Program Kader Ulama Pesantren Gontor), Ustadz Bachtiar Nasir LC, Dr. Adian Husaini (Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun, Bogor), Ustadz Henri Shalahuddin ( Sekretaris INSIST), Ustdadz Adnin Armas (Penelisi INSIST), Ustadz Asep Sobari (Redaksi majalah Gontor).
Selanjutnya ada Ustadz Fahmi Salim (Komisi Kajian & Penelitian MUI), Ustadz Farid Ahmad Okbah (Yayasan Al-Islam), Ustadz Fadzlan Garamatan (Yayasan Al-Fatih Kaaffa Nusantara AFKN), DR. MUchlish M Hanafi (Manager Program Pusat Studi Al Qur’an Depag), Ustadz M. Idrus Romli (PWNU Jember dan Jatim), Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin (Wahdah Islamiyah), Nashruddin Syarief, Jeje Zaenuddin (Pemuda Persis), Ahmad Sarwat (Rumah Fiqih Indonesia), M. Khudori (Alumnus Gontor dan Universitas Islam Madinah), Ustadz Ahmad Zein An-Najah (DDII), Ustadz Mustofa Umar (Riau) dan sebagainya.
Yang bertugas membaca deklarasi bahasa Arab dilakukan oleh Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin (Wahdah Islamiyah), sedangkan bahasa Inggris dibacakan oleh Ustadz Adnin Armas (Pemred Majalah Gontor), serta bahasa Indonesia dibacakan oleh Ustadz Fadzlan Garaman (Al Fatih Kaffah Nusantara).
Menurut Ketua Majelis Pimpinan Nasional MIUMI Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, MIUMI didirikan atas inisiatif beberapa aktivis dakwah dan pemikiran Islam, sebagai wadah perhimpunan dan silaturahim para intelektual dan ulama muda dari berbagai ormas Islam yang ingin berbakti untuk membangun peradaban Indonesia yang lebih beradab, diatas pilar ilmu yang kokoh dan otoritas keulamaan yang kuat mengakar.
MIUMI akan bersinergi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan semua oramas Islam di tanah air sebagai penguat dan pemersatu suara kebenaran, dan diharapkan mampu mensosialisasikan fatwa-fatwa MUI dengan data yang shahih sesuai dengan kaidah hukum Islam ke seluruh lapisan masyarakat.
Latar belakang berdirinya MIUMI, berawal dari kecintaan terhadap umat Islam di Indonesia pada umumnya dan kerinduan lahirnya gerakan aktual untuk memenangkan Islam dan menjayakan umat Islam.
MUI Tak Merasa Tersaingi
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan, rasa gembiranya atas berdirinya MIUMI. Dikatakan Din yang malam itu mengatasnamakan diri sebagai Wakil Ketua Umum MUI, kehadiran MIUMI sebagai organisasi baru, tidak perlu ada perasaan menandingi, menyaingi atau disaingi siapapun. Kehadiran MIUMI justru diharapkan menjadi kader umat yang melanjutkan MUI.
“Bahkan Muhammadiyah pun tidak merasa ditandingi, malah justru dibantu oleh MIUMI. Apalagi, para intelektualnya banyak yang berasal dari kader Muhammadiyah,” kata Din senang.
Lebih lanjut Din mengatakan, saat ini banyak permasalahan umat dan bangsa, dengan semakin berkembang dan merajelalanya kebodohan. Di negeri ini nampak aksara moral yang membuat kita prihatin. Yang perlu dibingkai dari cita-cita MIUMI adalah pentingnya menjaga persatuan umat dan bangsa. “Juga perlu menyadari realitas, di tengah bangsa yang penuh dengan kemajemukan, bukan hanya etnis, budaya, tapi juga alam pemikiran.Diperlukan seni kepemimpinan untuk mengelola kemajemukan itu. Diharapkan MIUMI menjadi tenda besar bagi seluruh kelompok Islam yang ada.”
Dijelaskan Din, saat ini tajdid atau pembaharuan yang subtantif sangat dibutuhkan. Karena itu, kita harus menampilkan Islam sebagai watak dasar, yakni sebagai agama kasih sayang, berkeadilan, mendorong kemajuan, serta member kesaksian dan pembuktian untuk menjadi umat yang wasathan. “Maju dan mundurnya Indonesia, akan ditentukan oleh maju mundurnya umat Islam. Kalau Indonesia belum maju, berarti ada yang salah pada umat ini,” ungkap Din.
Mahfud MD Kritik Banyak Ilmuan Melacurkan Diri & Ulama Jadi-jadian
“Sekarang ini banyak ulama yang jelek. Dikarenakan posisi ulama memiliki peran penting, terlebih saat ada gerakan politik, dimana ulama dikumpulkan meski ia sesungguhnya bukan ulama. Namun, karena diberikan sorban, dan disuruh ngaku ulama, maka jadilah ulama jadi-jadian,” kata Mahfud tegas.
Tak dipungkiri, masih ada ulama yang benar. Namun, juga harus diakui, adanya fatwa pesanan, tentu tidak seluruhnya. Ini membuktikan, bangsa Indonesia menghadapi disorientasi, dimana peran ulama telah bergeser ke hal-hal yang bersifat pragmatis.
Mahfud melontarkan kritik tajamnya, betapa sekarang ini banyak ilmuan yang melacurkan diri, membuat survei tapi sudah tahu hasilnya. Bahkan yang tidak sesuai kepentingannya dipilah-pilah, lalu hasil surveinya dihegemoni seolah-olah sebagai ilmu pengetahuan. Padahal hampir semua orang sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya survei. Karena niat dan tujuannya sudah menyesatkan, lalu membuat ukuran kepemimpinan didalam survei yang dilakukan, dibatasi hanya 3 hal: popularitas, elektabilitas, dan eskeptabilitas, tidak ada akhlak yang menjadi ukuran.
“Sangat memperihatian, jika di dalam survei itu tidak ada ukuranleadeship, visi dan kepemimpinan yang shiddiq, amanah, tabligh serta fathonah. Ini berbahaya. Karena itu jangan heran, rusaknya bangsa, karena ilmuwannya sudah melacurkan diri pada kepentingan-kepentingan politik,” kritik Ketua MK.
MIUMI, kata Mahfud, diharapkan dapat menjernihkan dan meluruskan kembali, peran-peran keulamaan sebagai pewaris nabi yang menjalankan fungsi profetik kenabian. Setidaknya, MIUMI mengingatkan ulama lain, atau mereka yang ngaku-ngaku ulama yang tidak menjalankan fungsi ulama secara benar.
"Cikal bakal" pendirian MIUMI dilakukan pada awal 2012. Saat itu, Ustaz Bachtiar Nasir Lc., MM merangkul sejumlah intelektual dan ulama muda dari berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam untuk bersama. Pada 3 Januari 2012 lalu, 15 ulama muda berkumpul di markas Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) yang saat itu berada di Jalan Karang Asem Raya no 23, Kuningan, Jakarta Selatan.
Ustadz M Idrus Ramli dari NU Jember, menilai, pada masa sekarang peran kaum inteletual dan ulama muda sangat dibutuhkan ketika para ulama senior yang sudah sepuh, banyak aktivitas keumatan yang bersifat lokal dan nasional. Ia melihat, akhir-akhir ini banyak ruangan kosong di tengah umat yang membutuhkan sentuhan para dai, khususnya oleh kalangan intelektual dan ulama muda.
Dalam buku profilnya dijelaskan, visi MIUMI adalah menjadi lembaga kepemimpinan formal Islam terdepan dalam penegakan nilai-nilai Islam. Menjadi wadah pemersatu para intelektual dan ulama muda Indonesia dalam membangun peta perjuangan (road map) menuju kejayaan Islam.
Adapun misi MIUMI adalah membangun kepemimpinan formal Islam yang dapat dipercaya umat melalui prinsip good governance. Menjadikan hasil riset sebagai landasan penetapan fatwa agar dapat tersosialisasi dan ditegakkan. Sehingga fatwa tersebut sampai pada maksud dan tujuannya.
Misi MIUMI selanjutnya adalah menyatukan potensi para intelektual dan ulama muda dalam membentuk sebuah peta perjuangan yang mendatangkan pertolongan Allah dalam memenangkan Islam dan menjayakan umat Islam.
Untuk menjalankan roda organisasi, MIUMI memiliki program jangka pendek (satu tahun), meliputi: Penataan Organisasi di tingkat nasional (deklarasi, Tabligh Akbar dan Seminar Internasional, Sosialisasi ke tokoh, ormas dan lembaga-lembaga, serta peresmian kantor pusat dan kantor cabang). Kemudian, melakukan riset, sosialisasi dan penegakan 10 fatwa strategis terkait membangun struktur social Islam Indonesia.
Program jangka pendek lainnya adalah pembuatan road mapperjuangan umat Islam Indonesia, memproduksi program edukasi dan advokasi umat untuk membendung paham dan aliran sesat. Lalu melakukan penggalangan dana organisasi, penerbuitan buku dan hasil riset, road show ilmiah ke pesdantren dan kampus Islam, serta merespons dan membuat pernyataan sikap organisasi mengenai isu-isu keumatan.
MIUMI akan bersekretariat di Jl. Tebet Timur Dalam 8 No. 44, Jakarta Selatan (voa Islam/eramuslim/republika/antara)
Dokumentasi:

