Jalan berikutnya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan ketaqwaan adalah dengan senantiasa
4. Mu’aqobah
Mu’aqobah adalah senantiasa memberikan sanksi atas kelalaian dalam beribadah. Sanksi atau hukuman ini dilakukan apabila melakukan kesalahan atau lalai dari beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab ra, beliau mengunjungi kebunnya yang begitu luas. Kemudian selesai mengunjungi kebun, beliau bergegas pulang dan beliau melihat orang-orang telah selesai shalat ashar berjama’ah. Beliau merasa sangat rugi ketinggalan shalat ashar berjamaah, maka sebagai hukumannya beliau menginfakkan kebun yang beliau kunjungi untuk kepentingan kaum muslimin, karena sebab kebunnyalah yang telah melalaikannya dalam ber dzikir kepada Allah, subhanallah.
Mu’aqobah ini sebenarnya sangat penting, untuk memberikan efek jera pada diri disaat malas beribadah. Namun hendaknya sanksi yang diberikan bukanlah sanksi yang memberatkan atau yang menyiksa diri. Dengan sanksi yang ada, kita akan tergerak untuk tidak mengulang lagi kesalahan yang sama. Contoh mu’aqobah misalnya, kita komitmen apabila tidak shalat berjamaah di masjid maka kita akan berinfak Rp. 5.000,- ke kotak infaq di masjid. Atau menggantinya dengan amalan kebaikan yang lain, misal menyapu halaman masjid atau yang lainnya. Rasulullah bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan jelek, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (HR. Tirmidzi)
Jalan Taqwa yang terakhir adalah :
5. Mujahadah
Mujahadah artinya selalu bersungguh-sungguh dalam setiap amal ibadah sekecil apapun. Karena ketaatan kita beribadah selalu dimulai dari hal-hak yang kecil. Manakala yang kecil saja tidak mampu dilaksanakan maka bagaimana kita akan meraih yang lebih besar.
Sungguh amalan yang sedikit tapi dilakukan dengan kontinyu, itu jauh lebih dicintai Allah daripada banyak lantas dilakukan Cuma sekali-sekali. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai hambanya yang beramal yang dilakukan dengan kontinyu walaupun sedikit” (Al-Hadits….)
Kesungguhan dalam beramal merupakan bukti keimanan seseorang. Dalam kesungguhan beribadah, maka seorang mukmin akan diberikan berbagai macam ujian untuk melihat siapa yang benar amalnya. Dan ini pulalah garis pemisah yang sangat jelas antara seorang mukmin dan munafik.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَوَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(QS. 29:2-3)
Kesungguhan dalam beramal juga menunjukkan bahwa seorang mukmin adalah orang yang memliki etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras dan optimis dalam menghadapi hidup serta terus mendayagunakan potensi yang diberi untuk kebaikan dan amal sholeh. Selain itu, setiap muslim juga dituntut untuk istiqamah dalam menjalankan kewajiban dalam ketaatan kepada Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. 3:102)
Manakala seorang mukmin selalu menjalankan 5 M ini, mu’ahadah, muraqabah, muhasabah, mu’aqabah dan mujahadah disetiap harinya, maka insyaAllah ketaqwaannya kepada Allah akan semakin hari semakin meningkat dan mereka akan merasakan manisnya iman dan akan mendapat derajat kemuliyaan sebagai orang yang mulia disisi Allah
… إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49 : 13)
(Ustad. Askar Yaman, M.Pd)