Begitu banyak keutamaan orang yang bertaqwa, selain diampuni dosanya, dimudahkan rejekinya, syurga tempat kembalinya, juga sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan di dunia ini untuk menghadap Allah adalah bekal ke taqwaan. Jalan berikutnya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan ketaqwaan adalah :
Muhasabah
Muhasabah adalah upaya melakukan evaluasi diri terhadap apa-apa yang dilakukan selama ini. Upaya perenungan atas apa-apa yang telah lewat, jikalau disana kita menemukan banyak kesalahan dan kekhilafan maka kita berusaha untuk memperbaiki dengan hal yang lebih baik jikalau Allah masih memberikan kita kesempatan untuk hidup. Namun jikalau kita menemukan dari hasil muhasabah kita banyak kebaikan, maka kita berniat untuk lebih meningkatkan kwalitas dan kwantisnya dimasa yang akan datang. Umar bin Khattab ra menyebutkan “hisab-hisablah dirimu (hitung-hitunglah dirimu) sebelum engkau diperhitungkan oleh Allah”.
Janganlah kita tertipu dengan amal kita, seperti pepatah kuman diseberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Kadang kita asyik mengoreksi kejelekan orang lain yang sedikit, tapi kita lupa mengoreksi diri kita yang boleh jadi kejelekan kita sedemikian besar namun tertutup oleh amal yg sedikit, sehingga kejelekan tersebut tdk terlihat. Bukanlah kita diciptakan untuk mengoreksi kejelekan orang, tapi kita diperintah untuk mengoreksi diri sendiri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. 59 :18)
“Tidak akan beranjak kedua telapak kaki hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, ia habiskan untuk apa, tentang ilmunya, apa yang ia telah amalkan, tentang hartanya, dari mana ia dapat, dan bagaimana ia membelanjakannya, dan tentang fisiknya, untuk apa ia pergunakan. (HR. At-Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)
Berdasarkan Hadits diatas, minimal ada empat hal yang perlu untuk kita melakaukan Muhasabah terhadap amal kita yaitu :
1. Tentang umur yang Allah berikan kemana kita habiskan
2. Tentang ilmu yang kita punyai, kemana kita amalkan
3. Tentang harta yang kita miliki, dari mana kita dapat dan kemana dibelanjkan
4. Tentang fisik kita, kemana kita pergunakan
Kita juga harus menyadari bahwa hidup kita didunia ini hanyalah sementara belaka, hanya sekedar numpang lewat saja. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah : “jadikan kehidupanmu di dunia ibarat orang asing atau sedang dalam perjalanan” (HR. Muslim)
Demikian pula dalam hadits yang lain, Rasulullah berpesan : “Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mempersiapkan amal-amal untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang bodoh (hina) adalah orang yang menuruti hawa nafsunya dan berangan-anagn yang muluk (tidak mau beramal)”. (HR. Trimidzi).
(Ustad. Askar Yaman, M.Pd)