Ceramah Tarawih 4: Bahaya Riya & Kiat Mengatasinya1
Diantara rahasia dan hikmah puasa adalah mendidik dan melatih kita ikhlas dalam beribadah. Bahkan ada yang mengatakan, puasa merupakan amal yang paling sulit dimasuki oleh riya, kecuali jika orang yang sedang shiyam menyampaikan bahwa ia sedang puasa. Sebab inti dari ibadah puasa adalah menahan (al-imsak). Bukan melakukan sesuatu, tapi meninggalkan sesuatu. Yakni menahan diri atau meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat ibadah. Sekali lagi, puasa mendidik dan melatih untuk ikhlas dan tidak riya.
Ini penting, sebab riya merupakan perkara yang sangat berbahaya. Ia termasuk dosa besar yang sangat samar, bahkan sesamar atau sehalus langkah kaki semut hitam di atas batu hitam yang licin di tengah kegelapan malam. Artinya sangat halus. Sehingga dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menghindari dan mengatasinya.
Tulisan ini akan menguraikan secara singkat bahaya riya dan kiat mengatasinya. Dengan harapan setelah mengetahui bahayanya kita dapat menghindari dan meninggalkannya. Dengan mengetahui kiat mengatasinya, kita dapat keluar darinya jika terjatuh ke dalamnya.
Bahaya Riya
1. Riya termasuk Syirik
Syririk meruapakan dosa terbesar, bahkan lebih besar dari dosa besar. Berdasarkan telaah terhadap al-Qur’an dan hadits Nabi, para menyimpulakan bahwa syirik terbagi 3; (1) syirik akbar (besar), dan (2) syirik kecil. Sebagian ulama ada yang menambah klasifikasi yang ketiga yaitu, syirik khafiy dan atau syirik sarair. Namun, yang tepat adalah bahwa syirik khafiy dan sarir merupakan bgaian dari keduany. Syrik khafiy dan sarair ada masuk kedalam kategori syirik akbar dan ada pula yang masuk ke syirik ashghar.
Riya yang merupakan syirik ashghar, khafiy, dan sarair merupakan perkara yang paling dikhawatirkan dan ditakutkan oleh Nabi akan menimpa ummatnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya; diantaranya;
إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر. قالوا: وما الشرك الأصغر يا رسول الله؟ قال: الرياء. يقول الله – عز وجل – إذا جزى الناس بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراءون في الدنيا فانظروا: هل تجدون عندهم جزاء
“Sungguh, yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik ashghar”. ‘Apa syirik ashghar itu wahai Rasulullah’, tanya para sahabat. Beliau bersabda, “Riya”. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman”-jika manusia telah diberi balasan atas amalan mereka- “Pergilah kepada orang-orang yang kalian riya pada mereka sewaktu di dunia, lihatlah. Apakah kalian mendapatkan balasan (pahala) dar mereka?” (HR. Ahamad dengan isnad jayyid)
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengelompokan riya ke dalam syirik ashghar (kecil). Dalam riwayat lain, beliau menyebutnya sebagai syirik khafi (samar) karena sifatnya yang sangat halus dan samar. Sebagaimana dalam hadits
إن أخوفَ ما أخاف عليكم الشركُ الخفيُّ، قالوا: وما الشرك الخفي يا رسول الله؟ قال: الرياء؛ فإنه أخفي في نفوسكم من دَبِيب النمل.
“Sungguh, yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik khafiy (samar)”. Para sahabat bertanya, ‘Apa syirik khafiy itu wahai Rasulullah’? Beliau bersabda, “Riya, karena sesungguhnya ia lebih samar dalam diri kalain dari rayapan semut”.
Dalam hadits riwayat Ibnu Khuazaimah Nabi menyebut riya sebagai syirik sarair;
يا أيها الناس؛ إياكم وشرك السرائر. قالوا: يا رسول الله؛ وما شرك السرائر؟ قال: يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته جاهدًا لما يرى من نظر الناس إليه، فذلك شرك السرائر
“Wahai manusia, jauhilah syrik sarair”. Para sahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah, apa syirik sarair itu?’ beliau bersabda, “Seseorang berdiri melakukan shalat, lalau memperindah shalatnya, bersungguh-sungguh karena ingin dilihat oleh orang lain. Itulah syirik sarair” (HR. Ibnu Khuzaimah)
2. Lebih Menakutkan dari al-Masih Dajjal;
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa riya yang merupakan syrik khafi lebih menakutkan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal. Padahal al-Masih dajjal sendiri juga sangat berbahaya. Saking bahayanya dalam riwayat disebutkan bahwa seluruh Nabi yang diutus Allah mengingatkan ummatnya untuk berlindung dari bahaya al-masih dajjal. Demikian pula Rasulullah mengajarkan untuk berlindung dari al-masih dajjal pada setiap sahalat, “Allahumma Inniy a’udzu bin adzabi jahannam, wa min adzabil qabri wami fitanil mahya wal mamat wamin syarri fitnatil masihid dajjal”. Do’a ini menunjukan bahayanya al-masih dajjal, saking bahayanya disejajarkan dengan adzab jahannam, adzab kubur serta fitanh kehidupan dan kematian.
Namun demikian ternyata riya, lebih bahaya dari fitnah masih dajjal. Rasul mengingatkan;
«ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال؟: الشرك الخفي أن يقوم الرجل فيصلي، فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل»
“Maukah kalian kukabari tentang sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian melebihi al-Masih ad-Dajjal? Yakni syirik khafiy. Yaitu seseorang berdiri menunaikan shalat, lalu memperindah shalatnya karena dilihat oleh orang lain”.
3. Riya Dapat Menghapus Pahala dan Berkah Amal;
Amalan yang dicampuri oleh riya akan hilang berkah dan pahalanya. Sebab riya termasuk kesirikan sementara kesyirikan menghapuskan pahalan amalan, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surat Az-Zumar ayat 65;
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
Menurut penjelasan para Ulama, yang menghapuskan seluruh amalan adalah syirik besar. Sedangkan syirik kecil (riya &sum’ah) hanya menghapuskan amalan yang dicampuri syirik kecil tersebut. Dalam surah al-Baqarah ayat 264 Allah menerangkan bahwa orang yang riya dalam sedekahnya, maka pahalanya akn hilang. Allah mempermisalkannya sebagai batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadi bersih (tidak bertanah). Untuk lebih jelasnya, silahkan renungkan ayatnya;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ [٢:٢٦٤]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Qs 2:264)
Meskipun dalam ayat diatas konteksnya adalah sedekah, tapi berlaku pada semua amalan. Dimana amalan yang dilakukan atas motifasi riya, pahalanya terhapus dan tak bernilai di sisi Allah.
4. Riya Menyebabkan Adzab di Akhirat;
Berkenaan dengan orang yang riya dalam shalatnya, Allah Ta’ala menyampaikan bahwa mereka akan mendapatkan al-wail (adzab atau neraka wail). Sebagaimana dalam surah al-Ma’un ayat; 4-6;
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ [١٠٧:٤]الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ [١٠٧:٥]الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ [١٠٧:٦]
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya”, (Qs Al-Ma’un:4-6)
Dalam ayat di atas, Allah mengabarkan bahwa balasan bagi orang yang riya dalam shalatnya adalah al-wail (kebinasaan dan ‘adzab).
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga orang yang paling pertama dijebloskan ke neraka. Ketiga orang tersebut bukan pelaku dosa dan tindak kriminal. Jutsru ketiganya telah melakukan amalan yang sangat mulia semasa hidup di dunia. Tetapi karena riya dan sum’ah yang merusak amalan mereka, sehingga nerakalah yang menjadi balasan atas amalan mereka. Ketiga orangtersebut adalah mujahid, ulama atau pembaca al-Qur’an, dan seorang dermawan.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ““Sesunggunya yang mula-mula diputuskan –nasibnya – pada hari kiamat kelak adalah (pertama) orang yang mati syahid. Ia didatangkan ke hadapan Allah, lalu Allah mengingatkannya tentang nikmat-Nya kepada orang tersebut. Iapun mengakuinya. Lalu Allah bertanya, “Apa yang anda lakukan dengan nikmat itu?” Ia menjawab , “Aku berperang hingga aku mati syahid. Allah berkata, ‘’anda berdusta. Tapi kamu berperang agar disebut sebagai pemberani. Dan pujian itu telah dikatakan”. Kemudian Allah memerintahkan agar orang itu diseret diatas wajahnya hingga masuk ke neraka. (Kedua) orang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Qur’an. Ia didatangkan kepada Allah, lalu Allah mengingatkan akan nikmat-nikmat-Nya. Orang itu mengakui nikmat Allah kepadanya. Allah bertanya, “Apa yang kamu perbuat dengan nikmat itu?” “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an karena-Mu dan demi Engkau”, jawab orang tersebut. Allah berakata, ‘’kamu berdusta, tapi kamu belajar untuk dikatakan sebagai alim (orang berilmu). Kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai qariy, dan itulah dikatakan”. Lalu Allah perintahkan supaya dia diseret diatas wajahnya hingga masuk ke neraka. (Ketiga) Seorang yang Allah luaskan rezkinya dan diberi harta yang banyak. Saat didatangkan kepada Allah, Allah ingatkan nikmat-nikmat-Nya kepada orang itu dan ia mengakuinya. Maka Allah bertanya kepadanya, “Apa yang kamu perbuat dengan nikmat itu?” Aku tidak meninggalkan satu jalan yang engkau cintai infaq di dalamnya, melainkan aku berinfak. Allah berkata, “kamu berdusta, tapi kamu nerinfaq agar dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah terkatakan”. Kemudian Allah agar orang itu diseret di atas wajahnya sampai masuk ke dalam neraka”. (Terj. HR. Muslim, Nasai, Tirmidziy, dan Ibnu Hibban)
5. Pelaku Riya Tidak Mendapat Apa-apa di Akhirat;
Orang yang riya dalam amal ibadahnya, tidak akan memproleh apa-apa dari amalannya. Ia tidak akan mendapat pahala dari ibadah yang dilakukannya. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits qudsi, bahwa Allah Ta’ala berfirman:
… فمن عمل منهم عمل الآخرة للدنيا لم يكن له في الآخرة من نصيب.
“barangsiapa diantara mereka yang melakukan amal akhirat dengan niat imbalan dunia, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat” (HR. Ahmad)
Dalam hadits lain disebutkan, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman;
أنا أغنى الشركاء عن الشرك؛ فمن عمل لي عملاً أشرك فيه غيري فأنا منه برىءُ،
“Aku tidak butuh syarikat *sekutu), maka siapa yang melalukan amalan yang di dalam amal itu ia menyekutukan aku dengan selain-Ku, maka Aku berlepas diri darinya. . ”. (HR. Ibnu Majah)
Kiat Mengatasi Riya
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahaya riya yang sangat samar dan halus, para sahabat bertanya kepada beliau tentang cara menyelamatkan dan melindungi diri dari riya. Lalu Nabi mengajarkan sebuah do’a yang berbunyi;Allahumma inni a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka lima laa a’lam (‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku ketahui . Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa syirik yang tidak aku ketahui).” (HR. Ahmad)
Semoga Allah melindungi dan menyelamatkan kita riya, baik yang kita sadari maupun yang tidak. (sym)
1 Ceramah Tarawih disampaikan di Masjid Nurul Amal Komplek Bank Indonesia Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada Malam rabu (4/9/1435 H).