#Sedekah merupakan diantara amalan paling utama dan suci, sampai-sampai seorang mukmin yang sudah wafat sangat berangan-angan kembali kedunia demi hanya untuk bersedekah. Sebagaimana dalam ayat bahwa ketika ia wafat, ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?” (Qs. Al-Munafiqun: 10).
# Orang yang paling berkah hartanya adalah yang paling banyak sedekahnya, sebagaimana dalam hadis: “Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan”. (HR Muslim). Juga firman Allah dalam hadis qudsi: “Wahai anak adam, berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak padamu”. (Muttafaq ‘Alaih).
#Sedekah yang dikeluarkan dengan rasa ikhlas dan senang hati, merupakan ciri keimanan, sebaliknya sedekah yang dikeluarkan dengan rasa berat, merupakan ciri kemunafikan, sebagaimana dalam ayat: “dan mereka (kaum munafik) tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan nan berat.” (QS.at-Taubah: 54)
# Suatu kezaliman bisa dihilangkan dengan ibadah sedekah, sebagaimana telah shahih dari An-Nakhai rahimahullah bahwa ia berkata: “Mereka (para sahabat dan tabiin) memandang bahwa bila orang yang terzalimi bersedekah dengan sesuatu (dari hartanya), niscaya kezaliman yang menimpa dirinya akan diangkat”. Amalan ini tidak diketahui oleh banyak orang, padahal Al-Quran sendiri membenarkannya.
# Sedekah akan menolong orang yang terzalimi dari orang zalim, menangkal kezaliman, atau meminimalisir dampak negatif dari kezalimannya, sebagaimana dalam firman Allah: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al Baqarah : 270)
# Dahulu, bila Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengetahui ada orang yang sangat membutuhkan, wajahnya akan memerah, dan memotivasi sahabatnya untuk bersedekah, sebagaimana telah shahih dalam hadis bahwa suatu kaum mendatangi beliau dalam keadaan telanjang kaki dan badan, hingga wajah beliau memerah, lalu masuk kerumahnya, lalu keluar kembali dan menaiki mimbar (di Masjid) dan berceramah memotivasi para sahabat untuk bersedekah.
# Firman Allah ta’ala: “dan infakkanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri ”. (QS Al-Baqarah: 195). Ayat ini menunjukkan bahwa diantara faktor datangnya azab dan bencana dari Allah atas semua penduduk suatu negeri adalah tidak mau berinfak dan bersedekah ketika sangat dibutuhkan (oleh fakir miskin).
# Allah tidak akan mencabut kenikmatan syukur dari orang yang bersyukur, dan amalan syukur yang paling utama adalah berinfak, dan amalan infak yang paling utama adalah memberi makan manusia saat bencana kelaparan melanda, dalam ayat disebutkan (diantara amalan golongan yang beriman dan bahagia): “atau memberi makan pada hari kelaparan” (QS Al-Balad: 14).
# Infak yang pelakunya sudah berusaha mencari orang yang membutuhkannya, namun infak tersebut ternyata diterima oleh orang lain yang ia tidak setujui (tanpa sepengetahuannya), maka pahalanya tetap sempurna, sebagaimana dalam hadis shahih bahwa seseorang akan tetap diberi pahala atas amalan infaknya yang tersalurkan ke tangan orang kaya, pencuri, atau pezina (tanpa sepengetahuannya sebelumnya).
# Hadis “Obatilah orang sakit kalian dengan sedekah” merupakan hadis yang sangat popular, namun tidaklah shahih, hadis ini riwayat Al-Baihaqi dan selainnya dari jalur sanad yang lemah sekali. Akan tetapi kandungan makna hadis ini benar, hanya saja penyandarannya terhadap Nabi shallallahu’alaihi wasallam tidaklah shahih.
Diterjemahkan oleh Maulana La Eda, L.c