Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan naluri dan fitrah setiap manusia. Sebab dalam jiwa dan setiap orang tertanam sifat cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya atau ayah ibunya. Karena kedua ibu bapaknyalah yang menjadi sebab kehadiran setiap orang ke dunia ini.
Meskipun demikian dalam Islam berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) memiliki kedudukan yang mulia. Banyak keterangan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.
Amalan Paling Dicintai Allah
Dalam suatu hadits shahih yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah.
Abu ‘Amr Asy-Syaibani meriwayatkan, pemilik rumah ini (seraya menunjuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud) menyampaikan kepadaku;
سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).
Amalan yang Paling Utama
Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua juga merupakan amalan yang afdhal atau paling utama. Sebagaimana dalam versi riwayat lain hadits Ibnu Mas’ud di atas.
فعن عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الصَّلاَةُ عَلَى مِيقَاتِهَا»، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ»، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Dari ‘Abdullh bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling afdhal (utama)?” ”[1] Rasul menjawab, “Shalat pada –waktu-waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau Mmenjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.” Kemudian aku terdiam dan tidak lagi bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).
Hadits di atas mengabarkan bahwa birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua) merupakan amalan yang paling utama dan paling dicintai Allah. Bahkan menempati urutan kedua setelah shalat. Ini menunjukan, hak kedua orangtua menempati urutan kedua setelah hak Allah Ta’ala, sebagaimana dinyatakan secara tersirat dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Selain itu dalam hadits di atas juga nampak bahwa bersikap dan berbuat baik kepada orangtua lebih utama dari jihad fi Sabilillah, sebagaimana dijelaskan Syekh Khalid bin Utsman As-Sabt. Bahkan sebagian salaf seperti Atha bin Abi Rabah mengatakan, “Mengurusi keperluan saudari perempuan lebih afdhal dari jihad fi Sabilillah”.
Jika mengurusi saudari lebih utama dari jihad, maka dapat dipahami pula baha mengurus ibu atau berbakti kepada ibu lebih afdhal dari jihad. Hal injuga nampak dalam sirah Nabi dan hadits Nabi yang lainnya, dimana beliau pernah menolak keikutsertaan seorang pemuda dalam pasukan jihad fi Sabilillah.
Alasannya adalah pemuda tersebut masih memiliki ibu yang membutuhkan baktinya. “Kembalilah dan berbaktilah kepadanya karena sesungguhnya surga berada di bawah kakinya”, kata sang Nabi. Beliau hendak mengajarkan, jihadnya pemuda tersebut pada waktu tersebut adalah berbakti pada ibunya.
Senada dengan itu Rasul juga mengatakan kepada pemuda lain yang ditangisi oleh kedua orangtunya. “Apakah kedua orangtuamu masih hidup”, tanya Nabi kepada seorang pria yang datang untuk ikut berjihad bersama beliau. “Iya, dan saya meninggalkan keduanya dalam keadaan sedang menangis”,jawab pemuda itu. “Pulanglah dan buatlah keduanya tersenyum sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis”, tegas Nabi. []
Ditulis Oleh Syamsuddin Al-Munawiy
[1] Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya tentang amalan paling utama (afdhal). Seperti inilah hendaknya sikap dan mindset seorang Muslim. Cerdas dalam beramal dengan berusaha melakukan amalan-amalan terbaik dan mengerjakan pekerjaan paling utama. Sebab amalan kebaikan yang harus dikerjakan sangat banyak, sementara usia manusia terbatas. Jangan sampai seseorang menghabiskan waktu dan umurnya melakukan amalan yang tidak utama lalu mengabaikan amalan yang lebih afdhal.