BIOGRAFI BILAL BIN RABAH

Date:

BILAL, ISLAM, DAN PERUBAHAN

Kalimat laa ilaaha illallah sungguh ajaib. Kalimat pendek inilah yang mengubah generasi shahabat. Minazh zhulumaati ilan nuur, dari kegelapan menuju cahaya. Perubahan itu sedemikian gamblangnya. Baik skala masyarakat maupun individu.

Masyarakat yang sebelumnya berpecah belah, menjadi satu padu. Masyarakat yang tak mengerti pentingnya baca tulis, menjadi ‘gila ilmu’. Dari yang tadinya tidak dilirik oleh imperium manapun, hingga menjadi pemimpin peradaban berabad-abad lamanya.

Dalam skala individu, Bilal radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu contohnya. Bukan sekedar contoh, bahkan ikon lebih tepatnya.

Siapakah Bilal?

Ayahnya bernama Rabah. Ibunya Hamamah. Berdarah Habasyah, namun dia terlahir di Makkah.

Sekali lagi, terlahir di Makkah. Namun, terlahir di Makkah itu tidak membuat Bilal dianggap setara.

Budak. Sejak lahir itu statusnya. Dipandang sebelah mata. Kelas rendah. Hak-haknya dibedakan. Aspirasinya tak didengarkan. Tak mungkin baginya duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan para tuan. Apalagi sebagai penentu kebijakan.

BILAL DAN AS SABIQUUN AL AWWALUUN

Tak lama berselang sejak Rasulullah ﷺ mendakwahkan Islam, masuk Islamlah Bilal radhiyallahu ‘anhu. Dan sejak ber-Islam itu, dia memandang dirinya tak sama lagi. Dia menjadi manusia baru. Dia melihat dirinya lebih agung dari dunia, semenjak terhubung dengan Rabb pemilik dunia dan akhirat.

Seawal apa Bilal radhiyallahu ‘anhu ber-Islam? Mari kita simak beberapa kesaksian ‘as sabiquunal awwaluun’ berikut ini.

Kesaksian ‘Amru bin ‘Abasah radhiyallahu ‘anhu:

Dari Abu Najih ‘Amru bin ‘Abasah radhiyallahu ‘anhu “Saat aku di masa jahiliyah, aku menganggap bahwa orang-orang berada dalam kesesatan dan tidak berada di atas kebaikan. Mereka menyembah berhala-berhala. Lalu aku mendengar ada seseorang di Makkah menyampaikan berita-berita. Maka, aku kendarai tungganganku hingga tiba. Ternyata Rasulullah ﷺ tengah bersembunyi akibat perlakuan kasar kaumnya. Dengan penuh kehati-hatian akhirnya aku dapat menemui beliau di Makkah.

Lalu aku berkata kepada beliau, “Siapakah engkau?” Beliau menjawab, “Aku seorang nabi”. Aku bertanya, “Apa yang dimaksud nabi?”. Beliau menjawab, “(Orang) yang diutus oleh Allah)”. Aku bertanya lagi, “Dengan misi apa engkau diutus-Nya?” Beliau menjawab, “Aku diutus untuk memerintahkan silaturahim, menghancurkan berhala-berhala, dan agar Allah ditauhidkan, tidak disekutukan dengan apapun”.

Aku bertanya, “Siapakah orang yang bersamamu di atas keyakinan ini?”. Beliau ﷺ menjawab, “Orang merdeka dan hamba sahaya”.

Waktu itu hanya ada Abu Bakar dan Bilal radhiyallahu ‘anhuma yang sedang bersama beliau ﷺ.

Kemudian aku berkata, “Aku ingin menjadi pengikutmu”.

Beliau menjawab, “Saat ini belum memungkinkan bagimu untuk membersamai kami. Tidakkah engkau lihat keadaanku dan keadaan orang-orang disini? Kembalilah ke kampung halamanmu. Kelak jika engkau mendengar aku telah menang, datanglah kepadaku”. (HR. Muslim)

Subhaanallaah…

Di fase paling awal Islam itulah Bilal ber-Islam. Dalam kesempatan itu ‘Amru hanya lihat tiga gelintir muslim, Rasulullah ﷺ, Abu Bakar Ash Shiddiq, dan Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhuma. Hingga ‘Amru bin ‘Abasah mengira dialah orang keempat dalam Islam.

Tentang kepioniran Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu, Imam Al Hakim dan juga Imam Abu Nu’aim dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ meriwayatkan dengan sanadnya:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” السَّبَّاقُ أَرْبَعَةٌ : أَنَا سَابِقُ الْعَرَبِ ، وَصُهَيْبٌ سَابِقُ الرُّومِ ، وَسَلْمَانُ سَابِقُ فَارِسَ ، وَبِلَالٌ سَابِقُ الْحَبَشِ” 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,”Orang-orang yang ‘pertama’ dalam Islam itu ada empat. Aku adalah yang pertama masuk Islam dari kalangan bangsa Arab. Shuhaib adalah yang pertama dari bangsa Romawi. Salman adalah yang pertama dari bangsa Persia. Dan Bilal adalah yang pertama dari bangsa Habasyah.”[*]

Barangkali kita semua pernah mendengar sabda Nabi ﷺ:

بَدَأَ الإسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كما بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam keadaan asing. Berbahagialah bagi orang-orang yang terasing (al ghuraba’)..”

(HR. Muslim)

Keterasingan Islam ada dua. Keterasingan pertama terjadi di awal diutusnya Rasulullah ﷺ, sedangkan yang kedua terjadi di akhir zaman.

“Berbahagialah bagi orang-orang yang terasing”. Berbahagialah Bilal.. Berbahagialah ia, karena ia pernah merasakan puncak keterasingan itu.

As Sabiquunal Awwaluun yang Allah puji dalam Surat At Taubah ayat 100 itu jumlahnya ratusan atau bahkan lebih dari seribu.

وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَـٰجِرِینَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَـٰنࣲ رَّضِیَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوا۟ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتࣲ تَجۡرِی تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِینَ فِیهَاۤ أَبَدࣰاۚ ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِیمُ

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Ada ulama yang berpendapat rentang waktu As Sabiquunal Awwalun itu hingga terjadinya peristiwa pengalihan qiblat. Ada yang berpendapat rentangnya hingga terjadi Bai’atur Ridwan. Rentangnya belasan tahun.

Maka ketika kita tahu bahwa Bilal telah membersamai Rasulullah ﷺ seawal itu, tahulah kita kedudukan Bilal.

Radhiyallahu ‘anhu…

Bilal. Itulah sahabat yang pernah merasakan keterasingan pertama atau yang kita kenal dengan al gurbatul ula. Kisahnya akan dikenang hingga akhir dunia. Semoga tulisan tentang beliau untuk bagian pertama ini membuat kita lebih berazam kuat dalam memeluk agama yang mulia ini (Islam).

Insya Allah tentang biografi beliau akan kita lengkapi pembahasannya di edisi mendatang. Insya Allah…

Maraji’:

– Hilyatul Auliya’

– Siyar A’lamin Nubala’

– Ar rahiqul Makhtum

– At Tarbiyyah Al Qiyaadiyyah

 

Catatan:*

Hadis ini diriwayatkan dari 3 jalur sahabat Nabi, yaitu Anas Bin Malik, Abu Umamah Al-Bahili & Ummu Hani’

  1. Jalur Anas bin Malik diriwayatkan oleh Al-Hakim. No. 5715 & Abu Nu’aim, dalam Hilyatul Auliya, dalam sanadnya ada perawi yg dinyatakan Matruk, yaitu Ammarah
  2. Jalur Abu Umamah, diriwayatkan oleh Al-Tabrani dalam al-Mu’jam al-shaghir, No. 289 & Ibnu Asakir dalam Tarikhnya, begitu juga Ibnu Adi dalam Al-Kamil fi dhu’afa’irrijal, dalam sanad mereka semua ada perawi yang dinyatakan fha’if, bahkan fihi ghaflah, yaitu Athiyah bin Baqiyah
  3. Jalur Ummu Hani’, diriwayatkan oleh Al-Thabrani dalam Al-mu’jam al-kabir, No. 1062, dalam sanadnya ada perawi yang Matruk, yaitu Fayid al-Athar

__

Oleh: Ust. Murtadha Ibawi
(Pengasuh Majelis Tadarus Sirah dan Da’i WI DKI Jakarta)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Gelar Tablig Akbar Virtual Darurat Satu Tahun Genosida di Gaza, Ketua Kita Palestina: Apa yang Kita Berikan Belum Cukup

MAKASSAR, wahdah.or.id - Peringati darurat satu tahun genosida di...

Terima Surat Rekomendasi dari BAZNAS RI, Wahdah Inspirasi Zakat Tandatangani Pakta Integritas

JAKARTA, wahdah.or.id - Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ) kembali mendapatkan...

Perkuat Kolaborasi Antara Lembaga Nazir, One Wakaf Hadiri Musyawarah Nasional Forum Wakaf Produktif di Bandung

BANDUNG, wahdah.or.id - One Wakaf turut berpartisipasi dalam Musyawarah...

Upgrade Ilmu Marketing Komunikasi Para Direksi Usaha Wahdah, Bidang VII Hadirkan Pakar Periklanan untuk Sharing

MAKASSAR, wahdah.or.id – Pertemuan antara para Direksi Badan Usaha...