Sihir merupakan satu ilmu hitam yang dipakai pelakunya untuk memberi mudharat kepada orang lain. Ilmu ini merupakan peninggalan setan kepada manusia.
Allah Azza wajalla berfirman:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. (QS. Al-Baqarah:101)
Sihir bisa mengenai siapa saja, bahkan para Nabi. Ketika Fir’aun mengadu tukang sihirnya dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Musa pun merasakan sihir mereka.
Allah Azza wajalla berfirman:
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66) فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى (67) قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى (68) وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى (69)
“Berkata Musa, “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (QS. Thaha: 66-69)
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Allah Musa ‘alaihis salam juga terkena dampak sihir mereka, hingga ia merasa ketakutan tatkala melihat tongkat mereka yang berubah menjadi ular.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:
كما هو مقتضى الطبيعة البشرية وإلا فهو جازم بوعد الله ونصره
“Hal itu sebagaimana sifat tabiat manusia (yang bisa terkena sihir), namun ia telah pasti mendapat janji dan pertolongan Allah kepada-Nya”. (Tafsir as-Sa’di: 592)
Hal demikian juga terjadi pada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau terkena dampak sihir seorang Yahudi hingga dibuat berkhayal seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam disihir, ia dibuat berkhayal seolah-olah beliau telah melakukan sesuatu sementara ia tidak melakukannya”. (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata:
وجواز السحر على النبي مع عظيم مقامه وصدق توجهه وملازمة ورده ، ولكن يمكن الإنفصال عن ذلك بأن الذي ذكر محمول على الغالب وأن ما وقع به صلى الله عليه وسلم لبيان تجويز ذلك
“Sihir bisa terjadi pada Nabi walaupun beliau memiliki kedudukan yang agung dan senantiasa menjaga wiridnya. Akan tetapi untuk terlepas dari hal itu -(maksud Ibnu Hajar adalah perkataan Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah bahwa sihir terjadi pada orang yang hatinya lemah, seperti wanita, anak-anak, orang-orang jahil)- ini secara umum atau kebanyakannya. Adapun yang terjadi pada Nabi Shallalllahu’alaihi wasallam untuk menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi padanya”. (Fathul Bari: 10/290)
Al-Hafizh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa yang menolak hadits-hadits ini adalah ahli bid’ah. (Ibid)
Tinggal satu pertanyaan, bukankah Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam adalah seorang yang maksum dan terjaga?
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:
وقد أنكر هذا طائفة من الناس وقالوا لا يجوز هذا عليه وظنوه نقصا وعيبا وليس الأمر كما زعموا بل هو من جنس ما كان يعتريه صلى الله عليه وسلم من الأسقام والأوجاع وهو مرض من الأمراض وإصابته به كإصابته بالسم لا فرق بينهما…. وقال القاضي عياض : والسحر مرض من الأمراض وعارض من العلل يجوز عليه صلى الله عليه وسلم كانواع الأمراض مما لا ينكر ولا يقدح في نيوته
“Beberapa orang mengingkari perkara ini, mereka berkata bahwa tidak boleh hal ini terjadi kepada Nabi karena menganggap bahwa hal ini merupakan kekurangan dan aib bagi Nabi. Namun perkaranya tidak sebagaimana yang mereka kira, sebab sihir merupakan sesuatu yang bisa terjadi pada Nabi layaknya rasa sakit dan lapar. Sihir merupakan salah satu penyakit dari beberapa penyakit lainnya. Terkenanya sihir pada diri beliau sebagaimana beliau pernah teracuni. Tidak ada perbedaan antara keduanya.
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata: “Sihir merupakan diantara jenis penyakit bisa terjadi pada Nabi Shallalllahu’alaihi wasallam layaknya penyakit lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa diingkari dan tidak menjadikan ia layak dicela pada kenabiannya”. (Zaad al-Ma’ad: 4/178-179)
Syaikh Abu Umar Muhammad bin Abdul Malik az-Zaghabi hafizhahullah berkata:
واما قوله تعالى والله يعصمك من الناس فالعصمة كانت باعتبار الرسالة ياايها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك وإن لم تفعل فما بلغت رسالته والله يعصمك من الناس عاش وعصمه حتى جاء أجله
“Adapun firman Allah “Allah yang menjagamu dari manusia” maka penjagaan ini dari sisi penjagaan terhadap risalah sebagaimana firman Allah: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Beliau terus hidup dan Allah terus menjaganya hingga ajal datang padanya.” (Mausu’atu Raddi al-Ulama ‘ala Al-Malahidati wal Juhala: 134)
Maksudnya, kemaksuman beliau pada perkara agama, adapun perkara dunia yang tidak berkaitan dengan risalah maka hal-hal lain bisa menimpanya, Wallahu a’lam.
Oleh Ustad Muhammad Ode Wahyu