Alhamdulillah, shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
‘Amru bin Taghlib adalah salah satu dari para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Yang istimewa dari dirinya adalah, kisah keikhlasan ketika ia adalah salah satu dari kaum muslimin yang tidak mendapatkan bagian harta rampasan setelah perang.
Dikisahkan bahwa setelah berakhirnya perang, ada sebagian kaum muslimin yang diberikan harta rampasan perang dan ada yang tidak mendapatkan sama sekali. Lantas Rasulullah menjelaskan bahwa kenapa sebagian tidak mendapatkan harta rampasan sedangkan sebagian yang lain mendapatkan. Hal ini dikarenakan kaum muslimin yang mendapatkan harta rampasan karena masih ada didalam hatinya ketakutan dan keluh kesah terhadap kehidupan dunia.
Sedangkan yang tidak mendapatkan harta rampasan itu lebih disenangi. mereka orang-orang yang tidak mendapatkan harta rampasan tersebut ada yang hatinya senantiasa diberikan Allah dengan rasa kecukupan dan kebaikan, Rasulullah memberitahukan salah satu dari orang-orang tersebut adalah Amru bin Taghlib.
Tak dipungkiri lagi banyak diantara kita yang memang merasakan betapa sulitnya menghadirkan keikhlasan. Terlebih lagi apabila mengenai kehidupan duniawi. Kecenderungan kita untuk takut hak kita diambil, merasa lebih berhak, menginginkan orang mengetahui apa yang telah kita korbankan.
Fudhail ibn Iyadh berkata, meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya’. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.
Pula disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Mukhtashar Shaid al-Khatir, ia mengatakan, manakala orang yang beramal menginginkan hati orang agar tertuju padanya, maka ia telah ikut menyekutukan-Nya, karena seharusnya ia hanya puas dengan pandangan zat yang seharusnya ia beramal untuk-Nya.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah Rabb Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya.” (al-Kahfi :110)
Maka hendaknya kita begitu berhati-hati dalam melakukan amal. Bukan berarti jikalau begitu tidak usah melakukannya karena takut memiliki perasaan-perasaan riya. Melainkan tetap melakukan amal ibadah dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai amalan yang kita lakukan tidak mendapatkan pahala dari sisi Allah Subhanahuwata’ala.
Semua yang benar datangnya dari sisi Allah ‘Azza wajalla, dan segala kesalahan serta kekeliruan datangnya dari diri penulis sendiri dan atas gangguan syeithan laknatullah.
Penulis : Ahmad Daud