Assalamualaikum
Apakah saya berdosa berbuat zalim pada diri saya. Ketika saya bekerja merantau dan lingkungan jauh dari orang-orang saleh. Sulit bagi saya untuk shalat 5 waktu berjamaah.
Disisi lain saya harus bekerja agar dapat membahagiakan orang tua yang ingin saya bekerja dengan gaji besar dengan segera membantu ekonomi keluarga.
Saya pernah membaca di Alquran dan hadist bahwa beribadahlah sesuai dengan kesanggupanmu. Apakah ayat ini berlaku buat saya dan apa yang harus saya lakukan?
Saya sudah kontrak kerja 2 tahun. Sebenarnya hati kecil saya rindu dan ingin sekali ikut majelis Ilmu.
Terimakasih.
Wasalamualaikum
Untung Budiyanto – Bandang Lampung
Jawaban:
Wa alaikumus salam warahmatullah wa barakatuhu.
Selamat datang akhi Untung, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada Anda,melapangkan rezeki dan memudahkan segala urusan Anda di dunia dan akhirat, amiin.
Sesungguhnya Allah menciptakan manusia, dan menjadikannya terdiri dari dua komponen; jasad dan ruh. Dan merupakan kehendak Allah azza wa jalla, jasad manusia diciptakan dari tanah, Allah berfirman:
فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ
Artinya:”Sesungguhnya kami menciptakan kalian dari tanah”. QS Al-Hajj 5.
Maka seakan hal merupakan isyarat dari Allah bahwa pilar kehidupan dan kesehatan jasad manusia akan terpenuhi sesuatu yang tumbuh dan keluar dari tanah berupa makanan, minuman dan pakaian. Dan Allah menjadikan bagi jasad manusia ruh, Allah berfirman:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي
Artinya:”Dan ketika Aku telah menyempurnakan penciptaan manusia (dari tanah), dan Aku meniupkan (kepada jasad tersebut) ruh (ciptaan)Ku”. Al-Hijr 29.
Karena ruh datang dari Allah secara langsung, maka seakan hal in merupakan isyarat, bahwa pilar kebahagian dan “kesehatan”nya adalah dengan sesuatu yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala, berupa Wahyu yang terdiri dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.[Lihat Mu’taqod Ahlis sunnah Fi tauhid Asma’ was shifat karya: Dr Muhammad Khalifah At-Tamimi hal: 21].
Satu deskripsi yang dapat saya simpulkan dari pertanyaan ini, yaitu bergolaknya kegelisahan dalam benak Anda, itulah jeritan hati Anda, jeritan hati yang dirudung kegalauan dan terbalut gundah gulana. Nampaknya kegelisahan dan kegalauan tersebut disebabkan karena kegersangan ruh dan hati akibat dari kurangnya suplai makanan dan suplemennya. Ruh dan hati ibarat jasad, jika tidak berikan kebutuhannya dan makanannya, maka ia akan sakit, lemah bahkan mati, dan itu semua tercermin dalam kegelisahan, kegalauan, gundah gulana dan stress yang dialami manusia.
Solusi bagi keadaan diatas adalah memberikan bagi hati kebutuhannya, yaitu ilmu agama yang bersumber dari wahyu Ilahi berupa Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, sebab hanya ilmu tersebut yang dapat mengenalkan manusia kepada Rabbnya, dan menginformasikan tatacara berkomunikasi dan beribadah kepadaNya, itulah suplemen dan makanan bagi ruhani.
Allah berfirman tentang al-Qur’an:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:”Wahai manusia, telah datang kepada kalian nasehat dari Tuhan kalian, dan obat penawar bagi penyakit di dalam hati, dan petunjuk serta Rahmat bagi orang-orang yang beriman”. QS Yunus 57.
Ayat ini memaparkan dengan tegas bahwa Al-Qur’an adalah suplemen dan obat bagi hati.
Rasulullah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari:
إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ الْأَرْضَ
Artinya:”Sesungguhnya perumpamaan bagi yang Allah berikan kepadaku berupa hidayah dan ilmu, seperti air hujan yang turun ke Bumi”. HR Al-Bukhari dan Muslim.
Coba kita amati hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam nan mulia ini, bukankah mengumpamakan ilmu dan hidayah yang diutus dengannya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bak air hujan yang tertumpah dari langit, dan mengumpamakan hati-hati manusia bak bumi yang menyambut datang tumpahan air hujan? Bukankah kita sangat mengetahui, betapa bumi sangat membutuhkan air? Maka dengan perumpamaan ini, seyogyanya kita mengetahui pula besarnya kebutuhan hati kita kepada Ilmu agama yang bersumber dari wahyu Ilahi.
Di dalam Al-Qur’an, Allah membuat perumpamaan yang hampir serupa, bahkan mungkin indah dan elok, Allah berfirman:
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا
Artinya:”Allah menurunkan air hujan dari langit, maka penuhlah air mengaliri lembah-lembah menurut luas dan ukurannya, maka arus air itu membawa buih yang mengembang”. QS Ar-Ra’d 17.
Allah mengumpamakan wahyu yang diturunkannya untuk menghidupkan dan menyehatkan hati bagaikan air hujan yang diturunkan dari langit untuk menyuburkan tanah yang gersang, dan mengumpamakan hati dengan lembah.
Maka hati yang luas dapat menampung ilmu banyak pula, bak lembah yang besar nan luas yang mampu menampung banyak air, adapun hati yang sempit, hanya dapat menampung ilmu yang sesuai dengan kadarnya. Maka ketika hati terisi penuh dengan ilmu dan hidayah, maka ia akan menyingkirkan kotoran-kotoran hati berupa syubhat dan syahwat (dan menggantinya dengan iman dan takwa), sebagaimana jika lembah penuh terisi air, maka air akan membawa buih dan kotoran (yang tidak bermanfaat) dan mencampakkannya, papar Ibnul Qoyyim di dalam bukunya Al-Amtsaal Fil Qur’an, Hal: 11.
Maka untuk mencampakkan kegelisahan Anda, isilah hati Anda dengan Al-Qur’an dan ilmu syar’i, hapuskan kerinduan Anda dengan menghadiri majlis-majlis ilmu, dan hiasi hari-hari dengan beramal sholeh sesuai dengan ilmu yang Anda tuntut. Jika waktu membatasi Anda untuk menghadiri majlis ilmu, maka Anda dapat bersimpuh duduk menikmati kajian lewat siaran streaming, youtube, atau lewat siaran langsung facebook, Anda bisa memfollow facebook Wahdah Islamiyah untuk menikmati kajian-kajian ilmiyah dari para asatidzah, dan banyak juga asatidzah yang memiliki akun di youtube seperti Al-Ustadz Dr Muhammad Yusran Anshar Lc, MA, Al-Ustadz Rahmat Abdurrahman Lc, MA, Al-Ustadz Dr Khalid Basalamah Lc, MA, Al-Ustadz Dr Syafiq Reza Lc MA, Al-Ustadz Harman Tajang Lc, MHI, Al-Ustadz Dr FirAnda Andirja Lc, MA, Al-Ustadz Oemar Mitha Lc dll.
Dan kegiatan ini bukan berarti melalaikan pekerjaan dan bakti Anda kepada orang tua, Anda masih dapat melakukan itu semua, Cuma jika ada waktu luang dapat dimanfaatkan untuk memetik manfaat dari kajian para asatidzah, bahkan bisa jadi ilmu syar’i yang Anda tuntut, dapat menambah kualitas bakti Anda kepada orang tua, dan akhirnya, sebuah harapan kami lambungkan, semoga kegiatan yang Anda upayakan masuk dalam firman Allah:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya:”Dan carilah dengan kenikmatan yang Allah berikan kepada kalian untuk menggapai kenikmatan di negeri Akhirat, namun jangan lupa bagian kalian dari kenikmatan dunia”. QS Al-Qashas 77.
Wallahu A’lam.
Dijawab oleh Ust. Lukman Hakim, Lc, MA
(Alumni S1 Fakultas Hadits Syarif Universitas Islam Medinah Munawwarah dan S2 Jurusan Dirasat Islamiyah Konsentrasi Hadits di King Saud University Riyadh KSA)