Berdo’a adalah salah satu dari sekian perinta-Nya. Do’a merupakan tameng untuk menjaga hati agar tidak hanyut dalam kebahagiaan atau kesedihan. Karena kebahagiaan dan kesedihan silih berganti dalam hidup kita, maka dengan do’a, hati ini akan kuat.
Do’a adalah senjata untuk orang Mukmin. Sudah berapa kali kita berdo’a, meminta kepada-Nya? Ataukah kita masih kurang meminta kepada-Nya padahal Dialah Sang Pencipta dan Sang Pemberi Rejeki untuk semua? Segeralah berdo’a untuk urusan apa saja karena janji-Nya adalah mengabulkan permintaan siapa yang meminta.
Firman-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)
Allah perintahkan kita untuk berdo’a kepada-Nya. Apakah kita asal berdo’a saja dengan alasan bahwa Dia memahami kondisi kita dan bahasa yang kita gunakan? Lebih layak dan lebih bagus mungkin adalah ketika kita berdo’a kepada-Nya sesuai dengan doa’ dan tata cara yang di ajarkan oleh Nabi kita. Kenapa? Karena beribadah sesuai dengan tata cara yang Nabi ajarkan, peluang untuk dikabulkan dan di terimanya lebih besar.
Hadis berikut ini mengajarkan kepada kita bagaimana tata cara berdo’a yang sesuai dengan yang Nabi ajarkan kepada para Sahabat-sahabatnya. Singkatnya, berdo’a hendaklah diawali dengan pujian kepada Allah dan sholawat ke atas Nabi kita tercinta, setelah itu barulah kita berdo’a sesuai dengan hajat atau kebutuhan kita.
Nabi bersabda,
وَعَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رضي الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم رَجُلا يدعو في صَلاتِه لَم يمَجِّدِ اللهَ تعالى ولم يصَلِ على النبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عَجِلَ هذا)) ثم دعاه فقال له -أوْ لغيره- : ((إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه والثناءِ عليه، ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بِما شاءَ)) (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح)
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid, ia berkata: “Rasulullah pernah mendengar seorang laki-laki berdo’a di dalam shalatnya, dia tidak mengagungkan Allah Ta’ala dan tidak bershalawat kepada Rasulullah shallaahu ‘alayhi wa sallam. Maka Rasulullah bersabda: ‘Orang ini tergesa-gesa!’ Kemudian, beliau memanggilnya lalu bersabda kepadanya atau kepada yang lainnya: ‘Apabila seseorang di antara kamu mengerjakan shalat, hendaklah dia memulai dengan mengagungkan Rabbnya dan memuji-Nya lalu bershalawat kepada Nabi shallaahu ‘alayhi wa sallam, baru kemudian berdo’a sesuka dia.'” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.”)
Pengesahan hadits:
Shahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1481), at-Tirmidzi (3476, 3477), anNasa-i (111/44-45), Ahmad (V1/18), dan yang lainnya dengan sanad shahih.
Para perawinya tsiqah, yaitu para perawi Muslim selain ‘Amr bin Malik anNukri, namun ia tsiqah (orang yang terpercaya).
Kandungan hadits:
- Disunnahkan membuka do’a dengan memuji Allah Ta’ala, serta bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi shallaahu ‘alayhi wa sallam.
- Dimakruhkan terburu-buru dalam berdo’a.
- Bershalawat kepada Nabi merupakan salah satu faktor dikabulkannya do’a.
- Dibolehkan bagi seorang Muslim berdo’a untuk kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah sesuai dengan kehendaknya, selama bukan berdo’a dengan dosa atau memutuskan tali persaudaraan.
___
Oleh: Tim Wahdah.or.id
Rujukan: Hadits no. 1404 – Kitab Bahjatun Nazhirin Syarhu Raiyadhush Shaalihiin, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali