Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan dua alasan mengapa seorang Muslim patut bangga dan bersyukur sebagai Muslim. Pertama, dari aspek nama agama. Islam merupakan nama agama wahyu yang terakhir diturunkan Allah kepada nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam. Kedua, Islam merupakan agama wahyu yang final. Sebagai agama wahyu yang final Islam memiliki konsep dasar dan ajaran yang juga bersifat final, yang tidak tunduk kepada perubahan zaman, pergantian tempat, dan budaya.
Ketiga, Islam memiliki teladan abadi dan sempurna (uswah hasanah), yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Model ini sangat lengkap dan paripurna serta terbebas dari dosa dan salah (ma’shum). Konsep ‘’uswah” atau teladan paripurna dan model sempurna seperti ini tidak ditemukan dalam ajaran dan paham manapun di dunia ini.
Sebagai model abadi yang lengkap dan utuh, ucapan dan perilaku nabi Muhammad menjadi contoh dan teladan bagi umat Islam. Keteladanan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencakup seluruh sisi dan aspek kehidupan. Tidak ada sifat baik yang patut dijadikan teladan dan panduan dalam seluruh aspek kehidupan, melainkan semuanya ada pada diri dan sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mulai dari adab dan cara tidur-bangun tidur, makan, minum, masuk kamar mandi, berkendaraan, sampai cara berdagang, memimpin perang, memimpin negara, memimpin keluarga, dan sebagainya, semuanya ada contoh teladan dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini istimewa dan khas Islam.
Ini sangat patut kita syukuri, karena dalam beragama dan menjalani kehidupan, kita mendapatkan panduan langsung dari utusan Tuhan yang maha kuasa; tidak meraba-raba dalam kegelapan dan berspekulasi.
Hal ini tidak terelepas dari keunikan Islam sebagai agama wahyu yang final seperti dijelaskan sebelumnya. Dengan karakteristik Islam sebagai agama wahyu, yang secara ketat berpegang kepada Wahyu Allah, Al Qur’an dan As Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam semua aspek kehidupan, maka umat Islam pun memandang bahwa pelaksanaan ajaran Islam adalah bagian dari kewajiban mereka untuk mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebab, Nabi Muhammad adalah Uswatun Hasanah dalam seluruh aspek kehidupan.
Hanya umat islam-lah yang kini tetap memegang teguh konsep “Uswatun Hasanah” terhadap seorang nabi. Mulai bangun tidur hingga tidur lagi, umat Islam berusaha meneladani Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, karena beliau memang contoh teladan yang lengkap dari paripurna.
Konsep Uswatun Hasanah Islam ini tidak mungkin diikuti oleh kaum Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, komunis atau kaum sekuler Barat. Karena itu, meskipun orang-orang Barat beragama Kristen, mereka menetapkan sistem hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, bukan berdasarkan kepada Bibel, atau menjadikan Yesus sebagai teladan dalam seluruh aspek kehidupan.
Begitu juga dengan kaum komunis. Mereka tidak bisa menjadikan Karl Marx sebagai suri teladan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Orang komunis tidak akan mencontoh seluruh perilaku Karl Marx, yang memang seorang pemabuk dan jarang mandi.
Silahkan diteliti, apakah ada agama atau perbedaan yang memiliki contoh yang lengkap seperti nabi Muhammad shalllahu ‘alaihi wa salalam. Uniknya, sang nabi yang mulia itu tidak pernah semenitpun, namanya tidak disebutkan dan di doakan.
Itulah alasan ketiga, kenapa kita patut bersyukur dan bangga sebagai muslim. Sebab, kita memeluk agama wahyu yang memiliki suri teladan yang abadi. Ini juga bukti bahwa Islam bukan agama buatan manusia (produk budaya), karena seluruh ajaran Islam bertumpu pada keimanan (kesaksian) kepada Allah dan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Keempat, Dalam konsep dan nama Tuhan. Konsep dan nama Tuhan dalam Islam dirumuskan berdasarkan Wahyu Al-Qur’an yang bersifat autentik dan final. Konsep Tuhan dalam Islam memiliki sifat yang khas yang tidak sama dengan konsep Tuhan dalam agama lain.
Tuhan dalam Islam dikenal dan disebut dengan nama Allah. Lafadz “Allah” dibaca dengan bacaan tertentu, tidak boleh diucapkan sembarangan, tetapi harus mengukuti cara penyembutan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana bacan-bacaan Al Qur’an.
Umat Islam juga tidak pernah berbeda pendapat, tentang nama Tuhan, bahwa nama Tuhan yang sebenarnya adalah Allah. Karena nama itu sudah dikenalkan oleh Allah melalui kitab-Nya Al Qur’an dan cara penyebutannya diajarkan langsung oleh utusannya, nabi Muhammad shalallahu alaihi wa alaikumussalam.
Dengan demikian, konsep dan nama Tuhan juga bersifat autentik dan final, karena menemukan sandaran yang kuat dari sanad mutawatir yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam konsepsi Islam, Allah adalah nama diri dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifat tertentu. Sifat Allah dan nama-namaNya pun sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Tuhan orang Islam jelas, yakni Allah, Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidakbasa sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Kaum Muslimin di seluruh dunia mengikrarkan syahadat yang sama dan menyebut nama Tuhan yang sama, yakni La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah (Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Orang Islam sejak dulu sampai kiamat dari berbagai bangsa dan suku serta latar belakang budaya menyebut nama Allah dengan cara yang sama. Ini juga termasuk keunikan Islam sekaligus menjadi bukti kebenaran Islam. Inilah alasan keempat kenapa patut bangga sebagai Muslim. []
Sumber: Disadur dari buku “10 Kuliah Agama Islam; Panduan Menjadi Cendekiawan Mulia dan Bahagia”, karya Dr. Adian Husaini.