Bahaya di Balik Hermeneutika, Isi Al Quran Pun Diragukan
Catatan Workshop Hermeneutika dan Tafsir Quran di Kampus Wahdah (1)
(Tribun, Jumat 26 Juni 2009 Hal.14)
AKHIR-akhir ini gerakan "impor pemikiran" semakin gencar dilakukan di kalangan intelektual di Indonesia. Namun tidak sedikit "impor pemikiran" sesungguhnya bertentangan prinsip yang dianut umat Islam. Salah satu contohnya metode berpikir ala "Hermeneutika" yang telah dimasukkan dalam kurikulum di beberapa universitas Islam di negeri ini.
Hal itu mengemuka pada workshop bertema Hermeneutika dan Tafsir Al-Qur’an yang digelar di Kampus Ma’had `Aly al-Wahdah, Jl Inspeksi PAM, Kecamatan Manggala Raya, Makassar, Senin (22/6) lalu.
Workshop ini dilaksanakan Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) Ma’had `Aly al-Wahdah Makassar bekerja sama dengan Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) serta Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Workshop yang diikuti 50 peserta dari utusan lembaga pendidikan Islam Sulsel ini menghadirkan Ketua DDII Dr Adian Husaini MA yang juga dosen UI Jakarta dan Dr Syamsuddin Arif MA yang sehari-hari sebagai pengajar di International Islamic University Malaysia (IIUM).
Adian membawakan materi Dampak Ilmu Hermeneutika terhadap Quran dan Isu Gender. Sedangkan Syamsuddin membawakan materi, Apa Itu Hermeneutika dan Kritik Reinterpretasi dan Liberalisasi Penafsiran.
Menurut Syamsuddin, Hermeneutics yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya perkara-perkara yang berkenaan dengan pemahaman atau penerjemahan suatu pesan. Hermeutika otomatis menghendaki penolakan terhadap status Quran sebagai kalamullah (firman Allah), mempertanyakan otentitasnya.
"Hermeneutika menghendaki penganut untuk menganut relativisme epistemonologis, tidak ada tafsir yang mutlak benar, semuanya relatif. Sehingga dengan paham ini bisa melahirkan mufassir-mufassir gadungan dan pemikir-pemikir liar yang sesat lagi menyesatkan," jelas Syamsuddin yang menguasai empat bahasa asing yakni Arab, Perancis, Jerman, dan Yunani. (jumadi mappanganro)