Alhamdulillah, shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Indonesia adalah kesatuan bangsa yang amat rupawan membentangkan belasan ribu pulau dari Sabang hingga ke Merauke membelah katulistiwa di sepanjang titik cincin api dunia. Indonesia adalah sudut pandang dunia, keberagaman dan kerukunan menjadi andalannya. Namun dibalik keelokan tersebut terdapat perspektif lain dalam penyikapan keberagaman dan perbedaan yang selalu dikampanyekan sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila.
Islam adalah agama bagi seluruh alam. Agama yang telah diridhai oleh Allah, Tuhan, Sang Pencipta.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3)
Islam mengajarkan ketauhidan, yakni mengesakan Tuhan yang satu, yang mana tidak ada selain dari pada-Nya yang berhak disembah. Islam akan menjadikan yang kembali ke jalan-Nya sebagai makhluk yang begitu mulia, dengan keelokan akal dan perbuatan.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus” (QS. Al-A’raf: 16).
Begitulah sumpah yang tetapkan Iblis di hadapan Allah ketika menolak dengan sangat keras untuk bersujud kepada Adam, Ayah seluruh manusia.
Tahun berganti tahun, zaman berganti zaman, manusia mati dan manusia lahir. Generasi demi generasi terus berganti namun kesyirikan masih terus diamalkan oleh manusia di tiap-tiap masa. Meskipun kini zaman telah begitu berbeda, dimana manusia mengaggapnya sebagai zaman modern yang penuh dengan gemerlap teknologi, namun kesyirikan tetap saja ada bertengger di tengah-tengah kota, bahkan bukan di sudut. Tampaknya iblis tak pernah main-main dengan sumpahnya.
Indonesia kerap kali mengalami bencana, bukan hanya alam, namun juga bencana yang diakibatkan kelalaian masyarakat itu sendiri. Ada begitu banyak pertanyaan mengapa bencana sering kali berkunjung ke tanah air. Manusia harus mencaari tahu, bukan mencari pembenaran. Mencari tahu apa panyebab sebenarnya dengan menggunakan dalil-dalil, bukan dengan persangkaan atau dugaan yang nyatanya muncul dari syeithan laknatullah.
Kesyirikan di zaman ini bahkan bisa dikatakan sudah berlipat ganda. Manusia melakukan kesyirikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Allah memberikan teguran dengan bentuk bencana malah membuat manusia itu semakin syirik.
Disaat sedang terjadinya wabah yang telah menyebar ke berbagai penjuru dunia hendaknya menjadikan manusia introsepeksi diri dan saling mengingatkan akan peringatan yang disampaikan Allah melalui bencana ini. Namun apa yang terjadi, mari kita lihat warga diberbagai kota di Indonesia telah melaksanakan serangkaian ritual anti tolak bala, yang dengan pradugaan telah diajarkan oleh adat secara turun temurun ‘dilakukan oleh nenek moyang’, padanan kata pembawa sial sesungguhnya.
Dikutip dari laman Kompas .com bahwa diberbagai tempat di Indonesia telak dilaksanankan ritual adat tolak bala, berikut sedikit kutipannya.
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, rupanya memiliki ritual mengusir bala atau bahaya, termasuk penyakit menular seperti corona.
Di Kerinci Jambi misalnya, canang akan dibunyikan bila ada bencana atau wabah penyakit. Setelahnya, masyarakat Kerinci mengumandangkan azan di depan rumah masing-masing selama tiga hari.
Sedangkan di Solo, Wali Kota dan jajarannya melakukan ritual cukur gundul.
Wali Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo mengatakan, bagi masyarakat Jawa, ritual ini diyakini mampu menolak bala, apalagi setelah Solo berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) corona.
Selain itu ada pula kedurai, ritual Suku Rejang
Di kota Yogyakarta sejak awal merebaknya wabah, warga berbondong bondong melakukan ritual masak sayur lodeh dan menebar bunga sembari serangkaian runtutan ritual yang dilakukan menghadap merapi.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
Ibnul Jauzi mengatakan maksud dari ayat ini yaitu Allah tidak akan mengampuni pelaku syirik (musyrik) yang ia mati di dalam kesyirikan (Lihat Zaadul Masiir, 2: 103). Ini mengandung makna apabila seseorang sebelum meninggal dunia, ia telah bertaubat dan dengan kesungguhan menyesali kesyirikan yang telah ia lakukan, maka ia mendapat ampunan dari Allah.
Kesyirikan amat besar dosanya, dan terancam tidak diampuni apabila pelaku kesyirikan mati bersamanya.
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65).
Dalam hadits dari Jabir, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).
Sungguh jelas di dalam Islam segala bentuk perbuatan meletakkan kepercayaan selain pada Allah Ta’ala sahaja adalah terlarang. Umat muslimin hendaknya benar-benar memperhatikan masalah ini jangan sampai apa amalan yang telah kita kerjakan hilang akibat perbuatan syirik yang telah kita lakukan.
Allâh Subhanahu wata’ala berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (an-Nisâ`:79).
Allah Ta’ala pula menegaskan dalam firman-Nya yang lain,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (asy-Syûra : 30)
Bahwa segala macam musibah yang hadir di tengah-tengan manusia itu tidak lain adalah akibat dari hasil perbuatan manusia itu sendiri.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. (ar-Rûm/30:41)
Saudara-saudari kaum muslimin sekalian, mari kita amati lingkungan tempat tinggal kita, apakah sudah tergerak hati kita untuk memperingati masyarakat melakukan hal-hal tersebut ? mari kita bahu membahu untuk mencegah hal-hal kesyirikan terjadi setidaknya di lingkungan tempat kita tinggal agar terhidarlah kita dari berbagai macam musibah. Sesungguhnya ritual-ritual adat yang dilakukan itu sama sekali tidak membuat manusia tercegah dari datangnya musibah melainkan semakin memperburuk keadaan. semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari perbuatan-perbuatan kesyirikan.
Segala yang benar datangnya dari Allah Subhanahuwata’ala dan segala kesalahan dan kekurangan murni dari kesalahan penulis dan atas gangguan syeithan laknatullah.
Ahmad Daud