BAGAIMANA MEMAKNAI RAMADHAN SEBAGAI BULAN RAHMAH?

Date:

Di setiap mimbar ramadhan, akan selalu kita dengarkan hadits bahwa Ramadhan adalah bulan Rahmah. Yang intinya, bulan ramadhan adalah bulan limpahan kasih sayang, dengan berbagai macam kesempatan dan pahala yang berlipat-lipat untuk setiap amalan yang kita lakukan.

Dalam Haditsnya, Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُالنَّارِ،فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka [Dalam riwayat yang lain, Futihat abwaabu ar-Rahmah, Pintu-pintu Rahmah dibuka-pen], tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi 682, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang dilimpahkan rahmah. Rahmah (رَحْمَةٌ) atau Rahmat berasal dari akar kata Rahima-yarhamu-Rahmah (رَحِمَ ـ يَرْحَمُ ـ رَحْمَةً). kata ini terulang sebanyak 338 kali di dalam Al-quran. Dalam bentuk fi‘l mâdhi 8 kali, fi‘l mudhâri‘ 15 kali, dan fi‘l amr 5 kali. Selebihnya disebut di dalam bentuk ism dengan berbagai bentuknya. Kata rahmah sendiri disebut sebanyak 145 kali.

Ibnu Faris menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari fonem ra, ha, dan mim, pada dasarnya menunjuk kepada arti “kelembutan hati”, “belas kasih”, dan “kehalusan”. Dari akar kata ini, lahir kata rahima (رَحِمَ), yang memiliki arti “ikatan darah, persaudaraan, atau hubungan kerabat.” Penamaan rahim pada peranakan perempuan karena darinya terlahir anak yang akan menerima limpahan kasih sayang dan kelembutan hati. Al-Asfahani dalam mufradhat gharibil al-Qur’an, menyebutkan bahwa rahmat adalah belas kasih yang menuntut kebaikan kepada yang dirahmati.

Sementara dalam KBBI, Rahmat diartikan dengan 1. Belas kasihan, 2. Karunia.

Dari definisi tersebut kita bisa memahami bahwa inti dari rahmat adalah kasih sayang dan kelembutan hati. Lalu, Bagaimana definisi rahmat dalam al-Aqur’an ?.

Makna Rahmat Menurut Al-Qur’an

Jika kita membuka al-Qur’an, dan menelusuri penjelasan para ulama, kita setidaknya bisa menemukan 14 makna kata rahmah yang hampir semuanya menunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai subyek utama pemberi rahmah. Atau dengan kata lain, rahmat di dalam Al-Qur’an berbicara tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan kasih sayang, kebaikan, dan anugerah rizki Allah terhadap makhluk-Nya.

Dan kata Rahmah sekurang-kurangnya memiliki 14 makna yang tersebar diseluruh ayat-ayat Al-Qur’an: Dinul Islam (Q.S al-Baqarah: 105), Al-Iman (Q.S Nuh:28), Al-jannah (syurga) (Q.S Ali-Imran:107), Al-Mathar (hujan) (Q.S al-A’raf: 57), Al-ni’mah (kenikmatan) (Q.S an-Nisa:83), Al-Nubuwah (kenabian) (Q.S 38:9, 43:32, QS. Al-Anbiyaa’: 107), Al-Qur’an (Q.S Yunus:58), Al-rizk (rizki) (Q.S al-Isra’:100), Al-Nashr/al-Fath (pertolongan, kemenangan) (Q.S al-Ahzab:17), ‘Iiqab (balasan) (Q.S Az-Zumar: 38), Al-Mawaddah (kasih sayang) (Q.S al-Fath:29), Al-Sa’ah (keleluasaan) (Q.S al-Baqarah: 178), Al-Maghfirah (ampunan) (Q.S al-An’am :12), Al-ishmah (pemeliharaan) (Q.S Huud: 43).

Lalu, jika Bulan Ramadhan adalah bulan limpahan Rahmat sebagaimana Hadits yang kita sebutkan di awal dan ditandai dengan adanya pensyariatan agenda puasa, tarwih (qiyaamullail), zakat, infaq dan sadaqah, yang semuanya secara matematis adalah rutinitas baru yang mengurangi pasokan energi untuk tubuh, mengurangi waktu istirahat di malam hari, serta mengurangi anggaran belanja rumah tangga. Sifat Rahmah atau kasih sayang seperti apa yang Allah bukakan di bulan Ramadhan ?.

Allah Swt Maha Pemberi Rahmat

Mari kita perhatikan Doa yang senantiasa kita panjatkan kepada Alla sejak kita kecil : Allahummagfirliy, wali walidayya, warham humaa kamaa rabbayaani shagiraa, “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan limpahkanlah kepada mereka rahmat sebagaimana telah mereka limpahkan kepadaku diwaktu kecilku2.

Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam The Concept of Education in Islam menyebutkan bahwa dalam teks irham huma kama rabbayani shagira, huruf ka dari kamaa diketahui sebagai kaf tashbih, kaf perumpamaan, disebut seperti itu karena kesamaan yang berada antara konsep dalam kedua kata (atau kalimat) sebanding, di mana pada kasus ini adalah irham huma dan rabbayani. Makna literalnya adalah: Limpahkan kepada mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil. Rabbayaani adalah sama dengan rahmah atau kasih sayang. Dan Rabba adalah perwujudan dari sifat Rahmah Allah SWT. Ketika Allah yang mencipta, memelihara, menjaga, melindungi, memberi rezki, dan perbuatan yang lainnya, yang mana Tuhan disebut sebagai al-Rabb, adalah perbuatan dari sifat rahmah atau kasih sayang-nya. Dalam Metafisika Islam, Rahmah merujuk pada Limpahan dari eksistensi (wujud) Tuhan pada seluruh makhluk-Nya. Wasiat Kulla Syai’in rahmatan Wa ‘ilma.

Ketika kita masih kecil, dan dalam pemeliharaan Orang Tua, Kita sekali waktu dikasihi, dan di waktu yang lain, kita terkadang dihukum. Di mana orang tua kita menerapkan metode pendidikan reward and punishment. Ketika kita berbuat baik, kita mendapatkan hadiah. Dan ketika ada kesalahan, kita terkadang diberi hukuman berupa hukuman fisik. Saat itu, kita masih menggerutu, sedih, atau mungkin menangis, karena hukuman yang kita alami. Akan tetapi, setelah dewasa, kita paham, bahwa semua itu ternyata adalah ‘pendidikan’ mereka, untuk menanamkan nilai, serta mendisiplinkan kita dengan adab dan aturan.

Demikian pula Allah, Puasa, Qiyaamullail dan Zakat, adalah limpahan tarbiyah dan pendidikan Allah kepada hambanya. Agar mereka bisa lebih disiplin. Agar jiwa, akal dan raganya lebih murni menyembah hanya kepada-Nya saja. Karena banyak hamba-Nya yang justru ikut pada hawa nafsu perut dan di bawah perutnya (kelamin). Melalui puasa, Allah mendidik kita dengan latihan dan ujian serta pembinaan atas nafsu baahimiyyah (kebinatangan), agar manusia bisa berbeda dengan binatang yang beraktivitas sesuai kadar dan orientasi nafsunya.

Melalui shalat malam dan sahur, Allah melimpahkan rahmatnya dengan mendidik jiwa, mata dan jasad kita untuk menahan kantuk di malam hari. Agar jiwa kita lebih bersih dari tuntutan nafsu tidur. Dan agar paradigma kita tentang ‘waktu malam’ sebagai istirahat diarahkan menjadi ‘waktu ibadah kepada-Nya’.

Melalui zakat, Allah limpahkan rahmat-Nya dengan Tarbiyah Maaliyah (pendidikan harta), agar harta benda tidak menjadi orientasi utama semata dalam bekerja. Sehingga niat kita akan lebih ikhlas dan murni agar jiwa kita bersih dari tendensi dan penyembahan kepada harta.

Seperti itulah Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, dengan metode pendidikan Targhib wa Tarhiib. Tidak cukup sampai disitu, Allah lipat gandakan semua kebaikan selama bulan Ramadhan dengan diskon pahala besar-besaran. Dan di akhir ramadhan, Allah siapkan Pahala yang lebih agung dari 1000 bulan, yaitu Laitul Qadr.

Seperti itulah juga orang tua kita mendidik. Memberi motivasi dengan hadiah, agar kita lebih berprestasi. Dan Allah memotivasi para hamba-Nya, dengan reputasi “Taqwa”, yang merupakan puncak iman di bulan ini.

Maka, Seorang anak yang sudah dewasa, dan sempurna akal dan jiwanya akan paham, bahwa punishment atau latihan yang diberikan kepadanya adalah sarana agar mereka lebih dekat kepada Allah. Agar iman dan keyakinan mereka lebih teruji dan terbukti. Sehingga mereka akan banyak berihtisab atas lapar, haus dan kantuknya. Adapun seorang anak yang diberi sedikit latihan yang jiwanya masih manja, dan masih kanak-kanak akan banyak mengeluh dengan latihan tersebut. Di pagi hari mengeluh karena lapar dan haus sementara di malam hari, mengeluh karena kekenyangan.

Demikianlah sifat Rahmah Allah. Allah mendidik kita dengan latihan jiwa, akal dan raga dan panca indera, sehingga akan semakin dewasa serta akan semakin sempurna keimanan kita kepada-Nya.

Dengan demikian, seseorang yang telah menjalani proses tarbiyah seperti itu, maka Allah akan senantiasa melimpahkan rahmah-Nya.

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nur: 56)

Dan terakhir, Rasulullah SAW mengjarkan kepada kita satu doa untuk memperoleh Rahmat-Nya;

عبد الله بن عباس رضي الله عنهما – : قال : سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلميقول لَيلَة حينَ فَرَغَ من صلاتِهِ : «اللَّهمَّ إني أسألُكَ رَحمة من عِنْدِكَ تَهدِي بها قَلبي ، وتجْمعُ بِها أَمري، وتَلُمَّ بِها شَعثي ، وتَرُدُّ بِها غَائبي ، وتَرفَعُ بِهَا شَاهِدِي ، وتُزكِّي بِها عَمَلي، وتُلْهِمُني بِهَا رُشْدي ، وتَرُدُّ بِها أُلفَتي ، وتَعصِمني بِهَا مِنْ كُلِّ سُوءٍ

Dari Ibnu Abbas r.a berkata : Saya mendengar Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a pada saat shalat malam, : Ya Allah limpahkan padaku rahmat dari sisi-Mu, yang dengan rahmat itu hatiku mendapat petunjuk, urusanku akan sukses, masalahku akan tuntas, dan akan kembali sesuatu yang telah hilang dariku serta aku terpelihara dari segala kejelekan (H.R Tirmidzi).

Semoga dengan tulisan sederhana ini, kita bisa memahami rahmah Allah yang maha luas. Dan kita pun juga semakin termotivasi mengejar rahmah-Nya yang lebih sempurna di dalam dan di luar bulan Ramadhan. Dan yang lebih penting adalah menjadi orang-orang yang lebih dahulu menerapkan kasih sayang kepada setiap sesuatu. “Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan, rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit” (HR Abu Dawud no 4941 dan At-Tirmidzi no 1924 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam as-Shahihah No. 925).

Wallohu ta’ala a’lam.

Syamsuar Hamka1

(Diolah dari berbagai Maraji’)

1 Mahasiswa Program Kaderisasi 1000 Ulama DDII-BAZNAS pada Program Studi Magister Pendidikan Islam, Universitas Ibnu Khaldun Bogor

2 Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

Menghadapi Tantangan Dakwah, Wahdah Sulbar Adakan Lokakarya Tuk Tingkatkan Kapasitas dan Komitmen Kader

MAMUJU, wahdah.or.id – Dalam upaya memperkokoh dakwah yang berbasis...

Programkan Gerakan 5T, Mukerwil VII DPW Wahdah Banten Siap Wujudkan Banten yang Maju dan Berkah

BANTEN, wahdah.or.id – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Wahdah Islamiyah...

Capai Skor IIWCP Kategori “BAIK”, Nazhir Wahdah Islamiyah Raih Piagam Apresiasi Dari Badan Wakaf Indonesia

MAKASSAR, wahdah.or.id - Ketua Badan Wakaf Wahdah Islamiyah, Ustaz...

Susun Visi Misi Kota Wakaf, Musyawarah BWI Kab. Wajo dan Kemenag Libatkan Wahdah Wajo

WAJO, wahdah.or.id – Perwakilan Dewan Pengurus Daerah Wahdah Islamiyah...