MAKASSAR, wahdah.or.id – Sebagai seorang hamba, lelah itu akan tetap ada. Namun hamba yang cerdas, adalah mereka yang pintar memilih kelelahan mana yang akan mereka tempuh.

Seperti lelah yang satu ini. Sholat. Ia adalah lelah tuk ketataan. Dan bahkan, ia adalah penawar lelah ketika lelah-lelah dunia telah menggelayut. Lelah inilah yang kita harapkan insya Allah, semoga berbuah Surga.

Baca Juga: “Tingkatkan Kinerja Media Lembaga, Medikom Pusat Gelar Temu Insan Media Wahdah se-Indonesia

Setelah menunaikan sholat Zuhur secara berjama’ah. Ketua Dewan Syuro Wahdah Islamiyah yang telah memimpin sholat, berdiri kemudian memperkenalkan Syaikh yang datang bersama beliau.

“kali ini kita kedatangan tamu. Hadir bersama kita, Syaikh Abu Hilal Muhammad Al Nuimi” kata Ust. Ikhwan memperkenalkan Syaikh, Senin (26/9/2022).

Ust. Ikhwan mempersilahkan syaikh untuk maju kedepan, duduk bersama beliau. Meskipun Majelis yang sangat sederhana dan begitu sangat singkat durasinya ini, tidak mengurangi nilai dan pahalanya disisi Allah.

Tak ada kursi dan meja seperti majelis pada umumnya. Majelis singkat ini bermodekan lesehan. Jama’ah sholat Dzhuhur Masjid Darul Hikmah yang terletak di Jl. Antang Raya no. 48 ini begitu khusu’ menyimak penyampaian syaikh yang diterjemahkan oleh Ust. Ikhwan.

Sesuai durasinya yang singkat dan mendadak. Syaikh menyampaikan satu hadits tentang bagaimana cara memanfaatkan waktu untuk beramal di moment yang sangat genting seperti besok hari kiamat dengan waktu yang sebentar.

Syaikh mengangkat satu hadis Nabi tentang tunas dan hari kiamat.

Berikut hadisnya,

إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

Artinya: “Jika kiamat telah terjadi dan sementara itu di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu, sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya, maka hendaklah ia menanamnya.” (HR. Bukhari&Ahmad)

Beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari hadis ini, yang Syaikh jelaskan adalah:

  1. Bagaimanapun kondisi kita, bagaimanapun krisis keadaan, hendaklah kita tetap melanjutkan pekerjaan-pekerjaan kebaikan.
  2. Amalan yang lebih luas dampaknya, hendaklah lebih didahulukan daripada amalan yang sifatnya pribadi.
  3. Tidak harus didunia ini, kita melihat hasil-hasil dari kebaikan yang kita jadi pelopor dalam mengerjakannya.
  4. Hendaklah kita setia hingga akhir hayat dalam menebar kebaikan.

Waktu rehat dari kepenatan yang sangat indah. Setelah sholat Zuhur, spirit para jama’ah masjid untuk beribadah, itu tercharger kembali dengan suguhan dari Majelis yang sederhana tadi.

Bagaimana kalau kiamat itu besok terjadinya? Masihkah ada diantara kita yang mau lalai dan tidak taat kepada Allah? Jangan sampai demikian!

_________

Oleh: Absaid

Artikulli paraprakTingkatkan Kinerja Media Lembaga, Medikom Pusat Gelar Temu Insan Media Wahdah se-Indonesia
Artikulli tjetërWahdah Inspirasi Zakat Ringankan Biaya Pengobatan Ibu Sarmila Pengidap Kanker Payudara di Kolaka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini