Pertanyaan:
Bagaimana caranya agar anak-anak mau mendengarkan perintah orang tua? (Erna Inna)
Jawaban:
Dijawab oleh: Ustaz Dr. Muhammad Basran Yusuf, Lc., M.A. (Ketua Komisi Usrah dan Ukhuwah Dewan Syariah Wahdah Islamiyah)
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kekuatan kepada kita semua sebagai orang tua untuk bisa melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Ini menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang suami yaitu menjaga anak-anak dan istri kita tercinta agar tidak terjatuh ke dalam api neraka. Yang paling penting untuk selalu dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya:
Yang pertama, adalah mendoakan mereka.
Ini cara yang disebutkan oleh para ulama juga disebutkan oleh ahli-ahli parenting, tetapi dalam lingkup agama maka doa inilah yang paling pertama dan utama untuk kita berikan kepada anak-anak kita. Di antara mereka mungkin ada yang cueknya luar biasa, ada yang dewasa, juga ada yang cepat untuk memahami dan mengerti, tapi jangan lupakan poin berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah senjata buat orang-orang yang beriman. Doa akan melaksanakan suatu hal yang tidak akan pernah terpikir dalam benak seorang manusia, doa akan berikan hal-hal yang ajaib bagi seseorang yang berdoa, hal-hal yang tidak mungkin diprediksikan dengan doa semua bisa terjadi. Berdoalah dan terus berdoa agar Allah menjadikan anak-anak kita anak-anak yang saleh dan salehah serta mendengarkan apa yang kita perintahkan.
Yang kedua, adalah menjadi qudwah yang baik buat anak-anak kita.
Ini berat karena ketika berada di rumah maka kitalah yang dituntut untuk menjadi orang pertama yang melaksanakan apa yang kita perintahkan. Jangan pernah terbayang di benak kita sebagai orang tua untuk mengharapkan anak-anak melakukan sesuatu yang kita perintahkan sementara kita orang yang paling jauh dari apa yang kita perintahkan. Ketika kita perintahkan mereka untuk shalat atau melakukan sebuah pekerjaan maka jadilah orang yang paling pertama mengerjakan hal tersebut, jadilah orang yang menjadi idola anak-anak kita dalam melakukan sesuatu yang kita perintahkan. Jadi, orang pertama yang harus melakukannya adalah kita sebagai orang tua.
Yang ketiga, adalah banyak berbuat kebaikan, berbuat kebaikan itu imbasnya akan kembali kepada kita dan anak-anak kita.
Kebaikan yang kita lakukan itu akan menjaga diri kita dan menjaga anak-anak kita. Kami sampaikan ini karena beberapa pengalaman dari orang-orang, biasa kami ikuti acara siaran di radio Saudi selama kami di sana, ada beberapa kasus yang diceritakan tentang orang tua yang bergelut dengan kegiatan sosial dalam bidang sosial kemasyarakatan. Mereka melaksanakan kegiatan tentu tanpa bayaran, mereka kerja di yayasan sosial mendermakan dirinya dan waktunya. Mungkin dia sudah mulai masuk pada umur pensiun, banyak yang terjun di dunia sosial itu orang-orang yang sudah usia 50 atau 60 tahunan, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut juga dilakukan oleh orang-orang yang berusia 30 tahun, atau masih belia umur 20 tahunan sudah menikah, ini juga tidak tidak menutup kemungkinan.
Ditanyalah orang yang seperti ini yang menyibukkan waktunya tanpa bayaran yang hanya betul-betul ingin membantu, dan di antara kisah-kisah tersebut ada yang mengatakan, “anak saya sudah besar dan mereka tinggal di luar kota, anak saya jumlahnya banyak laki-laki dan perempuan. Tentu saya tidak bisa membersamai mereka, saya menyampaikan kepada mereka apa yang saya anggap baik dan mereka jauh di sana, saya tidak melihat mereka dan tidak bisa mengontrol 24 jam anak-anak saya itu, tapi saya yakin bahwa kebaikan amalan-amal saleh yang saya lakukan itu akan menjaga diri saya dan akan menjaga anak-anak saya”.
Jadi salah satu caranya adalah memperbanyak amal saleh karena imbas dari amal saleh itu adalah penjagaan diri kita sebagai seorang yang langsung melaksanakannya, dan juga hawa-hawa kebaikan itu akan dirasakan juga oleh anak-anak kita. Makanya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur ayat 21)
Pada hari kemudian, Allah akan mengumpulkan orang-orang yang saleh itu dengan anak-anaknya meskipun anak-anaknya itu tidak sesuai pengamalan agamanya dengan bapaknya atau mungkin sangat standar pengamalan agamanya, tapi karena bapaknya ini orang yang saleh yaitu orang yang menjaga kewajiban dan memperbanyak amalan-amalan sunnah maka Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sebuah keistimewaan kepada orang-orang seperti ini dengan mengumpulkan mereka bersama dengan orang-orang yang dicintai.
Di antara bentuk kenikmatan di surga yang sangat luar biasa adalah Allah memberikan apa yang dirindukan oleh orang-orang yang masuk surga, dan seorang bapak ketika masuk surga dia tidak akan ridha atau ada sesuatu yang kurang dari dalam dirinya jika orang-orang yang dicintai itu tidak bersama dengan dirinya, ketika orang-orang yang bersama dengan dirinya itu jauh berada di surga yang di bawah atau amalnya sangat standar dan mungkin hampir saja tidak masuk ke dalam surga, meskipun tentu di surga semuanya akan jauh lebih baik daripada apa yang ada di dunia. Tetapi di antara bentuk Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan orang-orang di surga adalah Allah kumpulkan mereka yang berada pada derajat yang tinggi bersama dengan anak-anaknya pada hari kemudian. Oleh karenanya amal saleh yang dilakukan oleh seorang bapak itu akan menjadi sebuah penjaga bagi anak-anaknya dari sifat-sifat membangkang dan sifat-sifat yang bisa membahayakan mereka sendiri. Kita sering mendengarkan kisah bagaimana dalam surah al-Kahfi Allah subhanahu wa ta’ala menjaga warisan seorang bapak kepada tujuh turunannya.
وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang bapaknya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS. Al-Kahfi: 82)
Dijelaskan bahwa di bawah tempat itu ada warisan/harta yang menjadi milik bapak mereka. Para ahli tafsir mengatakan dijaganya harta mereka itu karena bapaknya orang yang saleh. Ulama kita mengatakan bahwa bukan bapaknya langsung tetapi bapaknya yang ketujuh (yang ke atas), artinya kesalehan seorang bapak itu akan menembus tujuh turunan. Maka jadikanlah kesalehan sebagai bekal kita dan sesuatu yang menjadi berkah buat keluarga. Bayangkan sebuah amal saleh bisa menembus sampai tujuh turunan bahkan menjaga harta anak yang tujuh turunan itu. Ini sebagai pengingat buat kita semua dan terutama kepada para bapak serta para suami, bukan sekadar suami tetapi yang paling besar adalah seorang suami dan bapak agar banyak melaksanakan amal saleh agar bisa menjadi keberkahan buat diri dan kepada keluarga. Wallahu a’lam.