Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wassholatu wassalamu ‘alal mab’utsi rahmatan lil ‘alamin nabiyyina muhammadin wa alihi wa sahbihi ajma’in.

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al quran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia. Semoga rahmat dan keselamatan selalu tercurah kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta keluarga dan sahabat beliau, amiin.

Hari ini, terlepas dari tanggapan sebagian masyarakat mengenai One Day One Juz, fenomena ODOJ belakangan ini memang menarik. Tidak hanya kalangan dewasa, remajapun juga ikut berpartisipasi dalam metode baru yang diperkenalkan oleh Ricky Adrinaldi dan krunya ini. Selain di Indonesia, di negara-negara asia lainnya, eropa dan amerika ODOJ juga dikenal oleh masyarakat islam. Tujuannya simpel, untuk memanfaatkan waktu yang biasanya terbuang sia-sia ditengah segudang aktifitas dan kegiatan yang dimiliki oleh peserta ODOJ guna membaca ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala.

Namun apakah al quran diturunkan oleh Allah ta’ala hanya untuk dibaca saja? Al quran ternyata menjawab tidak !!! Allah berfirman :

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.(QS Shaad 29)

 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”.(QS Muhammad 24)

Benar, al quran diturunkan oleh Allah tidak untuk dibaca saja namun juga untuk ditadabburi dan dipahami makna yang dikandungnya serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari kita sebab ialah pedoman yang haq tak ada keraguan dan kesalahan di dalamnya. Allah berfirman :

 ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.(QS Albaqarah 2)

Sayangnya, saat sekarang ini kemauan untuk mentadabburi al quran di tengah-tengah masyarakat sangatlah minim. Entah karena sikap enggan dan acuh terhadap tujuan utama diturunkannya al quran atau karena kaum muslimin memang tak tahu bagaimana cara mentadabburi al quran?, ataukah menganggap cukup dengan membaca terjemahannya saja?

Akibatnya, banyak masyarakat yang selalu salah dalam memaknai beberapa ayat al quran, ataupun salah dalam penggunaan ayat sebagai dalil(baca istidlaal) atas sebuah perbuatan atau perkataan yang justru datang dari orang-orang yang biasa disebut sebagai ustadz kondang, muballigh dan semisalnya.  Berikut ini Saya akan menyebutkan beberapa ayat/penggalan ayat yang sering disalah persepsikan oleh sebagian kaum muslimin :

1. Firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam al quran :

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
Dimaknai oleh masyarakat banyak bahwa “fitnah(menyebarkan berita bohong tentang seseorang) itu lebih kejam dari pembunuhan”. Potongan ayat ini sangat populer digunakan oleh masyarakat untuk menjelaskan betapa besar dosa fitnah terhadap seseorang. Bahkan dari beberapa orang, Saya pernah mendengar penjelasannya bahwa irang yang dibunuh takkan merasakan berat dan tersiksanya hidup akibat fitnah dari orang lain. Sepintas mungkin Anda mendengarkan penjelasan di atas sangat baik dan tepat, padahal imam ahli tafsir imam at tobari dalam kitab tafsirnya, beliau berkata bahwa makna dasar dari kata al fitnah dalam bahasa arab bermakna “ujian” dan “cobaan”. Sedang maksud dari kalimat وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ bahwa kesyirikan lebih besar dosanya dibandingkan dosa pembunuhan. Dan penafsiran beliau juga senada dengan apa yang ditafsirkan oleh para salafussholih seperti Mujahid, Qatadah, Ad Dohhak, Sa’iid ibn jubair, ‘Ikrimah, Al hasan dan yang lainnya rahimahumullah(Tafsir at tobary 3/565). Maka penafsiran kata fitnah yang benar adalah kesyirikan dan bukan bermakna fitnah dalam bahasa indonesia.

2. Firman Allah yang berbunyi :

 فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Barangsiapa yang ingin beriman maka hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin kafir maka biarlah ia kafir. Penggalan ayat ini dimaknai oleh sebagian masyarakat bahwa Allah ta’ala memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih beriman atau kafir, yang tentunya pemahaman ini sangatlah keliru. Justru Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk beriman dan meninggalkan kekufuran di banyak ayat dalam al quran, seperti firman-Nya :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Artinya : ” Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”.(QS Annisaa 36)
Imam At tobary menyebutkan bahwa Ibnu abbas radiyallahu ‘anhuma berkata “firman Allah  فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ maksudnya bahwa siapa dari hamba Allah yang dikehendaki beriman maka ia akan beriman, dan siapa yang Allah kehendaki kafir maka ia akan kafir. Bukan bermakna bahwa setiap orang bebas untuk memilih iman atau kafir, melainkan ia berupa ancaman dari Allah sebab orang yang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka yang telah disiapkan oleh Allah sebagaimana sambungan dari ayat tersebut”(Tafsir at tobary 8/10).

3. Firman Allah ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”(QS Al maidah 105).

Lihatlah firman-Nya عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُم artinya jagalah dirimu, orang-orang sesat itu tidak akan dapat memberi mudharat kepadamu bila kamu telah mendapat petunjuk. Penggalan kalimat diatas digunakan sebagai hujjah oleh orang-orang yang malas dan berat untuk melaksanakan kewajiban dakwah amar bil ma’ruf dan nahyu ‘anil munkar di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka berkata bahwa bila anda telah mendapatkan petunjuk maka anda tak ada urusan lagi dengan orang lain dan tak perlu mendakwahi mereka karena Allah sendiri memerintahkan kita untuk menjada diri kita sendiri, sebab mereka(orang yang sesat) tak dapat memberi mudharat bila anda telah diberi petunjuk oleh Allah.

Saya katakan “sungguh hujjah yang sangat buruk, karena telah menggunakan firman Allah ta’ala untuk melegalitas sikap enggannya untuk menjalankan kewajiban dakwah dan tabliigh risalah islam”. Lihatlah perkataan Ibnu katsir berikut ini tentang ayat di atas yang sungguh bertolak belakang dengan keyakinan orang-orang malas tadi. Beliau berkata “Ayat ini bukanlah merupakan dalil untuk meninggalkan kewajiban dakwah di jalan Allah”. Beliau juga menambahkan bahwa ada 2 makna dari ayat tersebut :

a. Bahwa ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang yang beriman yang memiliki keadaan tersendiri. Yaitu bila ia telah melakukan kewajiban dakwah mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan namun dakwahnya tak diterima oleh mad’uu, serta keadaan sudah tak memungkinkan ia untuk berdakwah karena fitnah yang ada dimana-mana, maka saat itu berlaku ayat ini “jagalah dirimu, sungguh orang-orang yang sesat tidak akan dapat mendatangkan kemudharatan kepadamu bila kamu telah mendapat petunjuk”. Makna ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu tsa’labah al khusyaniy dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam(HR At tohawy dalam syarah musykil atsar 3/212, Tirmidzy 3058 beliau berkata “hadits hasan gorib”).

b. Bahwa seorang hamba tak dapat dikatakan sebagai orang yang mendapatkan hidayah kecuali bila ia telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan diantara perintah Allah yang sangat penting dalam agama islam adalah kewajiban berdakwah di jalan-Nya, karena itu ayat di atas hanya dapat ditujukan kepada mereka yang telah mendapatkan sebenar-benarnya hidayah yang dengannya ia tunduk dan patuh atas segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Diriwayatkan dari Abu bakar as siddiq radiyallahu anhu bahwa suatu ketika beliau berdiri di hadapan para sahabat dan berkata “sesungguhnya kalian membaca firman Allah :

  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Namun kalian menafsirkannya dengan tafsiran yang salah, sungguh aku mendengar rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “bila seseorang telah melihat kemungkaran dan tak merubahnya maka hampir saja Allah menurunkan adzab-Nya kepada mereka semua”(HR Abu dawud, Tirmidzy, An nasai, Ibnu majah, dan Ibnu hibban)

Ini hanyalah contoh kecil, dan masih banyak ayat-ayat serupa yang disalah persepsikan oleh sebagian kaum muslimin. Menuntut kita untuk lebih serius dan gigih membaca dan mentadabburi Al quran serta mendalami perkataan-perkataan ulama tafsir dari salafussholih rahimahumullah. Sungguh mereka telah mengajarkan kepada kita semua tentang kesungguhan dan sikap yang sebenarnya terhadap firman Allah(al quran), mereka mempelajarinya dari lisan Rasulullah, menghapalkan dan memahami beberapa surah selama bertahun-tahun serta menjaganya dengan mengamalkan kandungannya. Semoga bermanfaat

Sekian

Oleh : Abu ‘Aqilah Altofunnisa.

Artikulli paraprakPERBEDAAN PENDAPAT TENTANG PERAYAAN MAULID NABI
Artikulli tjetërCukup Satu Yang Mengucapkan dan Menjawab Salam

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini