Beliau merupakan raja mimbar di kalangan wanita, karena kepandaian yang dimiliki dalam menyampaikan pidato. Dia merupakan seorang diplomat ulung dengan kepandaiannya berkata-kata. Beliau juga seorang pejuang yang tabah dan wanita terhormat. Termasuk pula ke dalam golongan para ahli pikir dan ahli agama. Dia-lah tumpuan kaum wanita untuk menyampaikan keinginan dan uneg-uneg mereka.
Suatu saat, mewakili kaum wanita Asma datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang saat itu sedang di hadap oleh para sahabat. Dia melontarkan pertanyaan yang selama ini membebani mereka, kaum wania.
“Yaa…. Rasulullah! Aku mewakili kaum wanita menanyakan sesuatu kepada anda. Bukankah Allah subahanahu wata’ala mengutus anda untuk semua ummat, baik wanita ataupun pria. Kami beriman padamu dan para Tuhanmu. Tetapi kami kaum wanita merasa diperlakukan tidak sama dengan kaum pria. Kami adalah golongan yang serba terbatas dan terkurung. Kerja kami hanya menunggu rumah kalian, memelihara dan mengandung anak kalian, dan menjadi tempat pemuasan nafsu kalian.
“Kami tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan sebagaimana halnya kaum pria. Kita tidak diberi kesempatan mendapatkan pahala shalat jum’at, menengok orang sakit, mengantar dan merawat jenazah, berhaji, dan amalan yang paling utama yaitu jihad fisabilillah.
“Ketika kalian, kaum laki-laki pergi haji dan atau pergi berjihad, kami bertugas menjaga harta-harta kalian, menjahit pakaian kalian, dan menjaga anak kalian. Apakah dengan itu kami tidak menyertai kalian dalam perolehan pahala itu?”
Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpaling dan menatap wajah-wajah mereka sebelum bertanya:
“Pernahkah kalian mendengar pertanyaan yang lebih baik dalam soal-soal agama selain dari wanita ini?”
“Ya… Rasulullah! Kami tidak pernah berpikir dan menyangka wanita itu akan bertanya demikian jauh,” jawab mereka spontan.
“Kau pahami dan sampaikan kepada kaummu, ya Asma. Kebaktianmu kepada suami dan usaha mencari kerelaannya telah meliputi dan menyamai semua yang dilakukan suami kalian,” jawab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Jawaban ini tentu saja menggembirakan hati Asma. Segera dia berlari pulang dan menyampaikan berita gembira tersebut kepada para wanita, kaumnya.
Asma binti Yazid telah meriwayatkan lebih dari 80 Hadist. Diantara yang meriwayatkannya itu adalah keponakannya, Mahmud bin Amru Al- Anshari, dan Abu sofyan. Dari kalangan mawali (budak yang kemudian merdeka) ada ibn Ahmad, Abdurrahman bin Tsabit As-Shamid Al-Anshari, dan Mujahid bin Zubair. Selain juga Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Muhajir bin Abi Muslim, dan Syahar bin Hausyab.
Asma bin Yazid ikut serta dalam peperangan yarmuk. Di peperangan ini beliau berhasil membunuh 9 orang Romawi dengan tonggak kemahnya. Asma juga ikut dalam hari Fathu Makkah. Radhiyallahu ‘anha wa ‘anis Shahabiyyat. (Sumber: Nisaa’ Fadhilat, Abdul Badi’ Shaqr, Dar al-I’tisham, hlm. 38-40)