Ibnu Battutah traveler Muslim Abad ke-14 tercatat pernah mengunjungi kota Bukhara. Dia memuji buah semangka di kota tersebut sebagai semangka paling lezat di dunia. Ia juga berziarah ke makam ulama terkenal dunia, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari. Kita kenal dengan Imam Al-Bukhari. Ibnu Battutah memujinya sebagai imam yang ‘alim, guru kaum muslimin, penulis kitab Al-Jami’ Ash-Shahih (Shahih Bukhari). Di atas makamnya tertulis, “Ini adalah makam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari. Beliau menulis kitab ini dan ini.”
Bukhara merupakan satu kota di Asia Tengah yang hari ini termasuk dalam wilayah negara Uzbekistan. Tak bisa disangkal bahwa dulu kawasan Asia Tengah, dalam literatur Arab-Islam dikenal dengan Negeri di Belakang Sungai (Maa Waraa an-Nahr), adalah pusat keilmuan Islam khususnya dalam bidang hadits dan fiqih. Sayangnya, hari ini peran negeri-negeri tersebut dalam kancah keilmuan dan peradaban Islam, lenyap. Barangkali yang kita dengar adalah kesuksesan tim sepakbola nasional Uzbekistan yang menjuarai Asian Cup U-23 tahun 2018 lalu setelah menumbangkan Vietnam 2-1 di final.
Selain menjadi pusat keilmuan, wilayah Asia Tengah juga menjadi pusat perdagangan. Ia masuk dalam Jalur Sutera (The Silk Road), rute perdagangan dunia di abad silam yang menghubungkan Timur dan Barat. Pedagang Eropa, pebisnis sutera dari China, penjual rempah-rempah India, pedagang madu dari Jazirah Arab, terbiasa melewati Asia Tengah dan melakukan transaksi jual beli di sana.
Asia Tengah yang kini negara-negaranya merupakan pecahan dari Uni Soviet yang memperoleh kemerdekaannya pasca negara Komunis tersebut tahun 1991, mudah diingat dengan akhiran –stan di setiap akhirnya: Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrghiztan. Siapa sangka negeri yang mungkin dianggap tidak penting ini dulunya menjadi pencetak para ulama dunia.
Kota-kota Penting Masa Kejayaan Islam
Bukhara. Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Bukhari atau Imam Al-Bukhari tentunya yang paling terkenal di antara mereka. Penulis Al-Jami’ Ash-Shahih, kitab hadits yang dianggap paling shahih menurut para pakar,memuat lebih dari 7000 hadits (termasuk yang berulang). Dan sampai hari ini namanya tidak henti-hentinya disebutkan para pendakwah di atas mimbar.
Samarkand. Di kota ini lahir banyak ulama hadits, ulama fiqih, maupun sastrawan. Di antara mereka Abu Muhammad Al-Hasan bin Ahmad As-Samarkandi (w.491 H), seorang imam dalam bidang hadits. Karyanya “Bahr Al-Asanid fi Shahhah Al-Masanid berisikan 100.000 hadits. Ulama lainnya, Abul Qasim Muhammad bin Yusuf Al-Alawi As-Samarkandi (w.556), seorang ahli fiqih Madzhab Hanafi, menghasilkan banyak karya fiqih dalam madzhab Hanafi. Abdullah bin Fadhl Ad-Darimi penulis Sunan Ad-Darimi juga berasal dari negeri ini. Dan masih banyak lagi.
Baihaq. Terletak di wilayah Turkmenistan hari ini. Dan meski hari ini kota ini sudah tidak ada lagi, dulunya ia melahirkan sejumlah sarjana muslim terkemuka. Yang paling terkenal adalah Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Abdullah bin Musa Al-Baihaqi (w.458). Dialah Imam Al-Baihaqi, ulama Madzhab Syafi’i yang masyhur, yang disebut oleh Imam Adz-Dzahabi, jika ingin membentuk satu madzhab fiqih yang baru niscaya ia mampu. Ia telah menulis banyak kitab antara lain Manaqib Asy-Syafi’i dan Dala’il an-Nubuwah.
Khawarizm. Negeri ini juga mencetak banyak ulama dan ilmuwan. Namun, yang paling terkenal adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (w.236), pemimpin para ahli matematika di masa Khalifah Al-Ma’mun. Peletak ilmu Aljabar. Begitu pentingnya sosok ini dalam sejarah sehingga diidolakan oleh Mark Zuckerberg, pendiri facebook. “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer.”
Selain kota-kota yang telah disebutkan masih ada kota lain di wilayah Asia Tengah tempat lahirnya sarjana muslim yang terkenal: Tirmidz, asal Imam ahli hadits Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Zamakhsyar tempat lahir penulis tafsir Al-Kasysyaf, Imam Az-Zamakhsyari, dan Farab kota asal filosof Al-Faraby.
Pasca Mongol
Ekspansi bangsa Mongol pimpinan Jengis Khan pada abad ke-13 menjadi awal kehancuran peradaban Islam di kawasan Asia Tengah. Ibnu Battutah ketika mengunjungi Bukhara pada abad ke-14 mendeskripsikan kondisi kota tempat lahir Imam Al-Bukhari itu:
“…Kemudian kota ini dihancurleburkan oleh manusia terlaknat, dari suku Tartar (Mongol) bernama Jengis Khan, nenek moyang raja-raja Irak. Hanya sebagian kecil masjid dan madrasahnya yang kini masih bertahan, karena sebagian besar di antaranya telah luluhlantak oleh tangan tentara Tartar.”
Ia juga mengomentari keadaan penduduknya: “Penduduknya (Bukhara) adalah manusia-manusia lemah yang kesaksiannya ditoleh di negeri Khawarizmi dan sekitarnya. Kesaksian mereka ditolak karena mereka terkenal fanatik, mengingkari kebenaran, dan menampakkan kebatilan. Sekarang, tak seorangpun dari penduduk kota ini yang dianggap mengetahui ilmu agama, atau yang mempunyai perhatian besar pada ilmu agama.”
Penulis: Mahardy Purnama