Mendung Di Langit Karbala (Episode 4)
Lanjutan kisah dari -> MENDUNG DI LANGIT KARBALA (episode 3)
ANTARA DAMASKUS DAN MADINA
Mu’awiyah yang kini memegang tampuk khilafah di Damaskus begitu sangat menghormati mereka berdua sebagai cucu Sang Nabi. Hubungan beliau dengan Hasan-Husain sangatlah baik, hal ini tergambarkan dengan menyalurkan berbagai kebutuhan dan hajat mereka berdua sekeluarga yang merupakan Ahli Bait1. Seringkali Muawiyah mengunjungi Madinah demi hanya untuk berjumpa dengan Hasan-Husain. Beliau menetapkan keputusan pemberian harta kepada Ahli Bait dari Baitul-Mal sebanyak 100 ribu dirham setiap tahunnya. Bahkan kadang Muawiyah mengirimkan mereka 400 ribu dirham sebagai bentuk rasa cinta dan hormat beliau kepada Ahli Bait Nabi shallallahu’alaihi wasallam2.
Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhuma masih memiliki hubungan darah yang dekat dengan Ahli Bait. Pamannya Utsman bin Affan adalah menantu Kakek mereka, dan merupakan suami dari dua bibi mereka, Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua puteri Rasulullah, sehingga Utsman sering dijuluki “Dzu Nurain” pemilik dua cahaya yaitu dua puteri Baginda Rasul. Saudari Mu’awiyah yang bernama Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan merupakan salah satu istri Kakek mereka. Belum lagi nasab mereka yang masih tergolong dekat dan sama-sama berasal dari Kabilah Quraisy. Kakek kedua Nabi yang bernama Hasyim merupakan saudara kandung dari kakek kedua Abu Sufyan, ayah Muawiyah yang bernama Abdu Al-Syams. Jadi, garis nasab antara Nabi sekeluarga dan Abu Sufyan sekeluarga adalah bertemu pada kakek yang ketiga yaitu Abdu Manaf. Sebab itu Nabi shallallahu’alaihi wasallam beserta kerabat dan keturunannya merupakan keturunan Bani Hasyim bin Abdi Manaf, sedangkan Muawiyah beserta kerabat dan keturunannya merupakan keturunan Abdu Al-Syams bin Abdi Manaf, hanya saja mereka lebih poluler dengan julukan keturunan Bani Umayyah karena putera Abdu Al-Syams yang merupakan kakek utama mereka bernama Umayyah.
Beliau juga memiliki keakraban dengan Nabi shallallahu’alaihi wasallam setelah masuk islam pada tahun ke 7 H. Seringkali dipanggil oleh Baginda Rasul untuk dituliskan wahyu Allah yang diturunkan pada beliau atau dituliskan surat yang akan dikirimkan keberbagai negeri. Muawiyah merupakan salah satu pemuka Quraisy yang diberikan ketangkasan dan sifat ksatria. Tubuhnya yang menjulang tinggi, dengan kulit putih cerah dan wajah tampan, serta kecakapan dan kefasihan dalam berbicara dan ceramah adalah ciri pemuda Quraisy zaman itu 3.
Kehebatannya dalam medan perang dan kepemimpinan sangat teruji, terbukti dengan terpilihnya beliau sebagai Gubernur Negeri Syam pada pemerintahan Khalifah Umar dan Utsman. Beliaulah yang memimpin dan memerintahkan pasukan yang menyeberangi lautan untuk menguasai Pulau Cyprus sebagaimana yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Bahwa suatu hari, Rasulullah memasuki rumah Ummu Haram Rumaisha’ binti Milhan, yang merupakan bibi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dari hubungan sepersusuan. Ummu Haram ini merupakan istri Ubadah bin Shamit, serta saudari Ummu Sulaim, ibu Anas bin Malik radhiyallahu’anhum.
Ummu Milhan mengisahkan: “Lalu saya memberinya makanan dan mencari kutu dan kotoran dirambut beliau hingga beliau tertidur. Tiba-tiba beliau terjaga sambil tertawa.
“Apa yang membuat Anda tertawa, ya Rasulullah?” tanya Ummu Haram.
“Ada sekelompok umatku yang ditampakkan kepadaku. Mereka berperang di jalan Allah, melintasi tengah lautan, dan menjadi raja yang duduk di atas permadani.” Jawab beliau.
“Ya Rasulullah, doakan agar Allah menjadikanku termasuk mereka.” Pinta Ummu Haram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakannya.
Setelahnya, beliau kemudian kembali membaringkan tubuhnya, hingga tertidur kembali. Tiba-tiba ia terjaga lagi sambil tertawa. Sehingga Ummu Harampun kembali bertanya seperti pertama kali tadi, dan beliau menjawabnya dengan jawaban yang sama. Ia lalu meminta: “Ya Rasulullah, doakan agar Allah menjadikanku termasuk mereka”.
“Engkau termasuk orang yang pertama kali berada dalam barisan mereka”. Jawab Rasulullah.
Hingga pada zaman pemerintahan Muawiyah –yang menjadi Gubernur Wilayah Syam- Ummu Haram ikut serta dalam perang di lautan ini mengikuti suaminya Ubadah bin Shamit. Ketika mengalahkan pasukan Romawi, dan umat islam menguasai Pulau Cyprus, Ummu Haram radhiyallaahu’anha terjatuh dari tunggangannya dan langsung meninggal dunia4.
Ketika Khalifah Abu Bakr mengangkat saudaranya Yazid bin Abi Sufyan sebagai Gubernur di Syam, Abu Bakr juga langsung mengangkat Muawiyah sebagai salah satu komandan perang dibawah perintah Yazid, kakaknya. Dibawah komando Muawiyah inilah, negeri Yordan dan Palestina dikuasai secara menyeluruh. Setelah Abu Bakr wafat, Umar mengangkatnya menjadi Gubernur Wilayah Yordania saat itu. Saat Yazid bin Muawiyah yang menjabat Gubernur Damaskus wafat, Umarpun memindahkannya ke Damaskus untuk menggantikan kakaknya tersebut dari jabatan Gubernur. Pada masa Khalifah Utsman, beliau lalu diserahkan untuk menjadi Gubernur Tertinggi diseluruh wilayah Syam yang mencakup seluruh wilayah Palestina -yang terjajah-, Yordania, Damaskus atau Suriah, dan Libanon5.
Disaat keputusan Hasan melengserkan dirinya sendiri dari singgasana Khilafah dan membaiat Muawiyah sebagai satu-satunya Khalifah umat islam, saat itu Umur Muawiyah telah mencapai sekitar 61 tahun, sedangkan usia Hasan masih 37 tahun dan Husain 35 tahun. Demikianlah Muawiyah memegang tampuk khilafah yang berpusat di negeri Syam hingga beliau kembali kepada Rabb tabaraka wata’ala pada tahun 60 H dengan usia 80 tahun.
- SATU PERSIMPANGAN – MENDUNG DI LANGIT KARBALA (episode 1)
- HIJRAH YANG TAK DIRINDUKAN – MENDUNG DI LANGIT KARBALA (episode 2)
- MADINAH DAN SECERCAH KENANGAN – Mendung Di Langit Karbala (Episode 3)
1 .Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 11/94.
2 .lihat: Al-Bidayah wa Al-Nihayah: 8/41-42
3 .Lihat: Siyar A’lam Al-Nubala: 3/120
4 .Lihat: Shahih Bukhari: 2788
5 .Lihat Al-A’laam: 7/261