Anda Sedih ?? Tadabburi ayat ini.1
{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ } [البقرة: 216]
” Dan Boleh Jadi Kamu Tidak Menyenangi Sesuatu, Padahal Itu Baik Bagimu, Dan Boleh Jadi Kamu Menyukai Sesuatu ,Padahal Itu Tidak Baik Bagimu, Dan Allah Mengetahui Sedangkan Kamu Tidak Mengetahui”
(Al Baqarah : 216)
Kandungan/Kaedah dalam ayat ini sangat berkaitan erat dengan salah satu ushul/pokok keimanan yaitu iman terhadap qadha dan qadar Allah ta’ala, Makna ayat yang umum ini, diperinci lagi oleh ayat 19 Surat An-Nisa ;
{فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا} [النساء: 19]
” Jika Kamu Tidak Menyukai Mereka (maka bersabarlah), karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang baik padanya ”
Makna Kaedah Ini :
Bahwasanya seseorang kadang ditimpa suatu musibah atau hal yang ia tidak sukai berupa rasa sakit atau kesedihan, lalu iapun menyangka bahwa musibah ini merupakan pemutus harapan dan cita-cita hidupnya, namun ternyata pada suatu saat musibah ini berubah menjadi sesuatu yang baik tanpa disangka-sangka. Sebaliknya ,betapa banyak manusia melakukan sesuatu yang secara nampak merupakan kebaikan, bahkan kadang rela mengorbankan semua yang dimiliki demi mendapatkan kebaikan yang ia harapkan tersebut, namun ternyata kebaikan yang ia kejar tersebut seketika berubah menjadi suatu musibah dan keburukan.
Kaidah ini, mencakup perkara agama/ukhrawi maupun duniawi ,juga mencakup rasa sakit atau penderitaan jasad ataupun rohani dan jiwa. Ini dapat disimpulkan dari redaksi dua ayat diatas ;
-* Ayat 216 Surat Al Baqarah ; redaksinya menjelaskan tentang kewajiban jihad yang merupakan perkara agama, kandungannya menjabarkan rasa sakit jasad yang secara umum didapatkan oleh para mujahidin dalam jihad, namun rasa sakit ini, akan berubah menjadi suatu kebaikan ,baik didapatkan didunia –dengan kemenangan islam- maupun diakhirat kelak –dengan mendapatkan pahala syahid-.
-* Ayat 19 Surat An Nisa’ : redaksinya menjelaskan tentang hubungan antara pasangan suami istri yang merupakan perkara dunia. Kandungannya menjabarkan rasa sakit hati dan jiwa yang secara umum didapatkan oleh dua pasangan. Namun rasa sakit hati ini in sya Allah akan berubah menjadi suatu kebaikan.
Jika telah jelas, maka penerapan kaedah qur-aniyah ini dalam kehidupan kita, merupakan penyebab utama adanya ketenangan dan kebahagiaan hidup, serta dapat menghilangkan rasa derita dan kegundahan yang menimpa banyak manusia.
Diantara kisah-kisah al-quran yang menjelaskan penerapan kaedah mulia ini adalah :
1.Kisah Ibunda Nabi Musa yang membuang beliau ke sungai. Perkara yang sangat membuat Ibu Musa bersedih, adalah ketika Nabi Musa didapat oleh Fir’aun. Namun berkat rahmat Allah dan kesabarannya, perkara yang ia tidak sukai ini membuahkan hasil yang lebih baik, dan pengaruh positif dalam masa depan Nabi Musa ‘alaihissalam ,bahkan masa depan seluruh Bani Israil. Inilah rahasia Allah, ketika menempatkan lafaz : “…Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. setelah penyebutan kaedah diatas.
2.Kisah pembuangan Yusuf ‘alaihissalaam yang kemudian memiliki dampak positif bagi kehidupan beliau dan seluruh keluarganya kelak.
3.Renungan ayat 80-81 Surat Al Kahfi ,ketika Al-Khadhir membunuh seorang anak muda –atas perintah Allah- ,beliau menyebutkan bahwa alasan pembunuhannya adalah :
” Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orangtuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orangtuanya kepada kesesatan dan kekafiran . Kemudian Kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu, dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya) “
Hendaknya, seorang hamba yang tidak memiliki anak, menghayati dan merenungi ayat ini, bukan hanya untuk menghilangkan kesedihannya ,namun demi untuk menenangkan dan menentramkan jiwanya. Betapa baiknya, jika ia memandang taqdir ini dari sisi rahmat dan nikmat Allah ta’ala, dan meyakini bahwa mungkin Allah menakdirkan hal ini atas dirinya sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang Allah terhadap dirinya. Mungkin saja, jika ia dikaruniai seorang anak, ia akan menjadi sebab penderitaan kedua orangtuanya baik didunia maupun diakhirat.
Dalam hadis-hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, terdapat banyak contoh dalam perkara ini, simaklah kisah Ummu Salamah radhiyallahu’anha ketika suaminya “Abu Salamah” wafat.
Ummu Salamah berkata : “Saya mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah lalu ia membaca apa yang Allah perintahkan padanya :
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ, اَللَّهُمَّ أَجِرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
“Sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali, Ya Allah, berikanlah aku pahala atas musibah ini, dan gantikanlah ia dengan yang lebih baik “
Niscaya Allah akan menggantikan baginya perkara yang lebih baik.
Ummu Salamah melanjutkan : “ketika Abu Salamah wafat (sayapun membaca doa ini), dan saya bergumam ; “siapakah dari kalangan muslim (yang akan mengganti Abu Salamah) yang lebih baik dari Abu Salamah ?, padahal keluarganya adalah orang yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Lalu sayapun membaca doa ini, sehingga Allahpun menggantikan dirinya dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam (yang menikahiku) “
(HR Muslim : 918)
Renungkanlah kisah ini, ketika ditimpa musibah, Ummu Salamah langsung menerapkan apa yang diperintahkan Allah yaitu berupa kesabaran dan membaca doa istirja’ ,sehingga Allah-pun menggantikan untuknya suatu nikmat yang belum pernah ia angankan. Beginilah seharusnya seorang muslimah bersikap, janganlah menyempitkan lapangnya kebahagiaannya, atau hanya membatasinya pada suatu hal tertentu. Tentu, rasa sakit dan sedih pasti menimpa seorang hamba, bahkan para nabi dan rasulpun tidak ada yang selamat darinya, namun kewajiban kita adalah bersabar dan tidak membatasi kebahagiaan itu dengan adanya orang-orang tertentu yang kita cintai atau membatasinya dalam peristiwa tertentu.
Dalam keseharian kita juga, banyak terdapat kisah semacam ini, sebagaimana dikisahkan bahwa seseorang telah bersiap dibandara untuk melakukan safar, namun karena ia terlalu kecapean, iapun tertidur diruang tunggu dan terbangun ketika pesawat yang menampung lebih dari 300 penumpang itu telah terbang meninggalkan bandara. Ketika itu, iapun merasa sedih, dan sangat menyesal, namun ternyata beberapa menit kemudian ,ia mendengar pengumuman bahwa pesawat tadi terjatuh dan semua penumpangnya tidak ada yang selamat.
Nasehat :
Seseorang hendaknya bertawakkal kepada Allah, dan melakukan ikhtiar dan usaha semampunya, namun jika terjadi sesuatu diluar harapan, maka hendaknya mengingat kaedah ini :
{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ } [البقرة: 216]
” Dan Boleh Jadi Kamu Tidak Menyenangi Sesuatu, Padahal Itu Baik Bagimu, Dan Boleh Jadi Kamu Menyukai Sesuatu ,Padahal Itu Tidak Baik Bagimu, Dan Allah Mengetahui Sedangkan Kamu Tidak Mengetahui”
(Al Baqarah : 216)
Dan hendaknya mengingat bahwa ; diantara kelembutan Allah terhadap para hamba adalah ; Dia menakdirkan pada mereka bermacam musibah dan beragam ujian berupa perintah dan laranganNya sebagai bentuk rahmat dan kasih-Nya terhadap mereka. Juga diantara kasih-Nya yang paling agung adalah Dia tidak menjadikan ketergantungan hidup manusia dan kebahagiaan mereka kecuali pada-Nya, adapun selain-Nya mungkin saja manusia bisa mengganti semuanya atau sebagiannya.
مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِذَا ضَيَّعْتَهُ عَوْضُ *** وَمَا مِنَ اللَّهِ إِنْ ضَيَّعْتَهُ عَوْضُ
Segala sesuatu, jika engkau kehilangannya terdapat gantinya
Adapun Allah, jika engkau kehilangan (petunjuk)-Nya, tidak ada yang bisa mengganti-Nya
1 .Diringkas dan diterjemahkan dari kitab : Al-Qawaa’id Al-Qur-aniyyah karya Syaikh Dr. Umar Al-Muqbil (Dosen Hadis Fakultas Syariah, Universitas Qasim, KSA)
subhanalllah
Masya Allah ?
Alhamdulillah, ?