Apa yang seharusnya dilakukan seorang muslim ketika menghadapi musibah gempa, tsunami tanah longsor dan sebagainya?
الحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحابته ومن اهتدى بهداه ، أما بعد :
Para pembaca yang dirahmati oleh Allah,
Ketika terjadi bencana panik, cemas khawatir, sedih, terluka dan seterusnya merupakan hal yang wajar dan dimaklumi. Hal itu manusiawi serta tidak tercela selama masih dalam batas yang wajar. Karena manusia terbaikpun bersedih ketika medapatkan cobaan dari Allah subhanahu wata’ala.
Suatu ketika para sahabat heran ketika melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis saat putra beliau ibrahim meninggal dunia. Dalam hadits Bukhari diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ ـ وَكَانَ ظِئْرًا لإِبْرَاهِيمَ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ، ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ، وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ، فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تَذْرِفَانِ. فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ ـ رضى الله عنه ـ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ ” يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ”. ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صلى الله عليه وسلم ” إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ، وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ ”.
Kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (isterinya) telah mengasuh dan menyusui Ibrahim ‘alaihissalam (putra Nabi Shallallahu’alaihiwasallam). Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mengambil Ibrahim dan menciumnya.
Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berlinang air mata. Lalu ‘Abdurrahman bin ‘Auf rahdliallahu ‘anhu berkata kepada beliau: “Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang).”
Beliau melanjutkan dengan bersabda: “Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, tapi kita tidaklah mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim pastilah bersedih”.
Jadi menangis, sedih, lemas itu merupakan hal yang wajar akan lebih dari itu apa hal-hal yang seyogyanya dilakukan seorang muslim ketika menghadapi musibah gempa, tsunami, tanah longsor dan sebagainya?
Lalu Apa yang Dilakukan Ketika Mengalami Musibah?
1. Meyakini Bahwa Musibah Merupakan Tanda Kebesaran Allah Subhanahu wata’ala
Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada kaum Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu). Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” [Surat Al-Isra’ 59]
Terkadang manusia lalai, lupa, ketika sudah sangat hanyut dikehidupan dunia yang fana ini bahkan lupa dengan negri akhirat sudah mulai sombong dengan jabatan yang melekat, harta yang dimiliki, keluarga yang dibanggakan. Maka kejadian seperti ini dapat mengingatkan kembali bahwasannya kita ini kecil, lemah, tidak berdaya dihadapan Rab semesta alam.
Ahli Tafsir al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan tentang asbabun nuzul dari ayat
ابن عباس قال سأل أهل مكة النبي صلى الله عليه وسلم أن يجعل لهم الصفا ذهبا وأن ينحي الجبال عنهم فيرعووا فقيل له إن شئت أن نستأني بهم وإن شئت أن يأتيهم الذي سألوا فإن كفروا هلكوا كما أهلكت من كان قبلهم من الأمم قال “لا بل استأن بهم” وأنزل الله تعالى “وما منعنا أن نرسل بالآيات إلا أن كذب بها الأولون” الآية
( ورواه النسائي )
“Ibnu Abbas berkata, pada waktu penduduk Mekkah meminta kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam agar menciptakan bagi mereka emas dan memindahkan gunung sehingga mereka bisa menggembalakan ternak mereka, (malaikat Jibril) mengatakan kepada beliau jika engkau mau kita abaikan permintaan atau kita kabulkan, namun jika mereka kufur maka mereka akan dihancurkan sebagaimana umat yang terdahulu hancur, kemudian beliau shalallahu alaihi wasallam mengatakan abaikan mereka. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
وما منعنا أن نرسل بالآيات إلا أن كذب بها الأولون” الآية
Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu.
(H.R. An Nasa’i)
2. Meyakini Bahwa Semua yang menimpa Seorang Muslim Adalah Baik Baginya
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Urusan orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua urusanya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.”
Kalau kita mengetahui bahwa setiap yang menimpa diri kita itu baik maka tidak ada yang perlu disesalkan. Kecuali dosa-dosa yang pernah dikerjakan pada masa lalu. Dan sifat ini tidak akan ditemukan kecuali dari orang yang beriman.
3. Mengucapkan Kalimat Istirja’ (Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’un)
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). [Q.S. Al-Baqarah 156]
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :
تسلوا بقولهم هذا عما أصابهم وعلموا أنهم ملك لله يتصرف في عبيده بما يشاء
“Mereka menghibur diri mereka dengab perkataan ini dengan apa-apa yang mereka timpa dan mereka mengetahui bahwa sesungguhnya mereka adalah milik allah yang berhak untuk melakukan apapun atas hambanya.”
4. Segera Bertaubat Atas Dosa -dosa yang dilakukan
Ketika musibah seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan sebagainya terjadi maka tidak sedikit korban jiwa yang meninggal. Dan tidak ada lagi kesempatan untuk kembali bertaubat, beramal shalih, bersedekah, sholat dan amalan mulia yang lainnya. Maka bagi mereka yang ditakdirkan masih hidup maka ini menjadi momentum yang luar biasa untuk move on, berhijrah, menjadi manusia yang lebih baik lagi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Q.S. At-Tahrim 8]
Sejak saat ini ketika Allah memberikan kesempatan bagi anda untuk bertaubat jangan ditunda-tunda lagi. Bertaubatlah saat ini juga, dan kembalilah kepada sang penerima taubat, Maha pengampun, maha pengasih, maha penyayang, Allah subhanahu wata’ala.
Anda lihat saudara saudara anda yang telah meninggal entah terbawa arus, tertimpa reruntuhan bangunan, terperosok kedalam tanah, tertimbun lumpur yang semuanya sudah pergi menghadap sang pencipta. Yakin bahwa mereka menyesal bahwah amal yang mereka bawa kurang sebagaimana kita juga yakin bahwa amal kita kalau menghadap allah sekarang juga kurang. Kita tetap mendo’akan agar dosa mereka diampuni dan bersama sama memasuki surga-Nya. Akan tetapi hisab peradilan diakhirat nafsi nafsi sendiri sendiri.
5. Rekatkan ukhuwah dan kedepankan itsar (mendahulukan orange lain) disaat yang sulit
Ketika para korban berada dikamp pengungsian pasti disana semua sarana terbatas, makanan, minuman, air, listrik, dan sebagainya. Maka disini diuji ukhuwah kita apakah bisa mengedepankan saudara kita yang lebih membutuhkan.
Allah Ta’ala berfirman
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan” [Q.S. Al-Insan : 8]
Dari Ibnu Umar radiyalallahu anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259)
__
Yoshi Putra Pratama
(Mahasiswa UIM KSA)