Euforia lebaran yang menghiasi tenggelamnya mentari terakhir bulan Ramadhan mengisyaratkan pada kita semua untuk kembali lagi menghiasi hari-hari kita seperti biasanya. Namun, seringkali euforia lebaran ini menjadi momen awal munculnya berbagai sikap futur dan kelalaian seorang muslim yang semestinya tetap menjaga sikap istiqamah atau konsisten beramal saleh sebagaimana yang telah ia tunjukkan dalam bulan Ramadhan.
Ramadhan telah kita tinggalkan, namun seorang muslim hendaknya tidak meninggalkan berbagai benih amal saleh dan ketaatan yang menghiasi aktifitas hariannya di dalamnya. Puasa, shalat wajib, shalat-shalat sunat, tilawah Al-Quran, sedekah, dzikir, memakmurkan masjid, amal-amal sosial, dan berbagai amal saleh lainnya hendaknya tetap menghiasi hari-harinya setelah Ramadhan. Sebab, fungsi utama Ramadhan adalah sebagai bulan pembinaan jiwa, penguatan iman, dan pembiasaan amal saleh di sepanjang tahun, bukan layaknya satu moment biasa yang berlalu tanpa meninggalkan kesan apapun. Euforia lebaran hendaknya tidak menjadikan dirinya berhenti dari amal saleh, namun ia harus jadikan sebagai garis star untuk menyongsong amal saleh dan ketaatan di bulan-bulan selanjutnya, sebab amal-amal saleh tersebut tidak hanya ada dalam bulan Ramadhan, namun tetap ada di sepanjang kehidupan seorang mukmin hingga ia meninggalkan dunia fana ini sebagaimana perintah Allah ta’ala: “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal).” (Terjemahan QS. Al-Hijr: 99).
Ketika Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah menyebutkan ayat ini, beliau berkata: “Wahai kaumku, istiqamahlah kalian, istiqamahlah kalian! Sesungguhnya Allah tidak menjadikan amalan seorang mukmin itu memiliki batas waktu tertentu selain batas kematian.” (Az-Zuhd karya Ibnul-Mubarak: 18).
Rasulullah juga telah menekankan urgennya sikap istiqamah ini ketika beliau ditanya oleh sahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi radhiyallahu’anhu: “Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah.” (HR. Muslim: 38).
Sebagai alumni madrasah Ramadhan hendaknya hendaknya tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tetap konsisten dan istiqamah mengerjakan berabagai amal-amal saleh meskipun Ramadhan telah berlalu, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Pertama: Kondisi Iman dan Amal Saleh Harus Lebih Baik Dari Sebelumnya
Sebelum Ramadhan, seorang muslim tentunya berada dalam kondisi keimanan dan amal saleh yang kurang maksimal dibandingkan ketika berada dalam bulan Ramadhan. Nah, yang sangat diharapkan darinya adalah agar kondisi keimanan dan ketaatannya harusnya lebih baik dari pada kondisinya sebelum Ramadhan, karena Ramadhan adalah bulan peningkatan kwalitas iman dan amal saleh. Sehingga bila sebelumnya amalan salehnya kurang banyak, ia telah bisa menambahnya, atau bila sebelumnya ia masih suka bermaksiat, ia telah bisa untuk meninggalkannya. Gambaran peningkatan kualitas iman dan amal shaleh ini merupakan tanda terbesar adanya curahan hidayah dan ampunan Allah kepada seorang hamba. Merekalah hamba yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Terjemahan QS Al-Ankabut: 69).
Kedua: Melanjutkan Aktifitas Amal Saleh Yang Dikerjakan Dalam Bulan Ramadhan, dan Menjauhi Maksiat.
Pembiasaan diri untuk beramal saleh merupakan salah satu fungsi utama Ramadhan. Konsisten dengan amal saleh ini merupakan gambaran utama istiqamah seorang mukmin di atas amal saleh, sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau berbuat seperti si Fulan, dahulu ia mengerjakan shalat malam, namun ia malah meninggalkannya.” (Muttafaq’Alaih).
Sikap konsisten ini, mesti dibiasakan setelah Ramadhan meskipun sedikit, kalau sanggup lebih banyak, tentunya lebih utama, dalam hadis lain Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten dikerjakan meskipun sedikit.” (Muttafaq’Alaih).
Selain itu, seorang muslim juga harus berusaha meninggalkan berbagai jenis maksiat, sebab ia baru saja keluar dari momen ketaatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdoa kepada Allah agar senantiasa dilindungi dari kemaksiatan setelah melakukan aktifitas ketaatan sebagaimana dalam Shahih Muslim (1343).
Ketiga: Banyak Berdoa Agar Diberikan Sikap Istiqamah
Sikap istiqamah dan konsisten dengan amal saleh adalah taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala, sebab itu seorang muslim senantiasa berdoa dan memohon kepada-Nya untuk diberikan keistiqamahan ini dalam berbagai kondisi dan waktu, terlebih lagi setelah ia berpisah dengan bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan beberapa doa agar hati tetap istiqamah di atas ketaatan, di antaranya : “Wahai (Rabb) yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu”. (HR Muslim: 2654).
Juga doa beliau: “Wahai (Rabb) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR Tirmidzi: 3522).
Juga doa yang diajarkan oleh Allah dalam Al-Quran: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Terjemahan QS. Ali Imran: 7).
Keempat: Berteman Dengan Orang-Orang Saleh
Berteman dengan orang-orang saleh lagi baik merupakan sumber dari berbagai kebaikan dan keberkahan hidup. Karena sahabat memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidup seorang manusia. Dalam suatu hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.” (HR Abu Daawud: 4833 dan Tirmidzi: 2378).
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai alumni madrasah Ramadhan yang tetap istiqamah di atas iman dan amal shaleh setelah Ramadhan, dan menjadikannya sebagai tabungan pahala kita di akhirat kelak. Aamiin.[]
Oleh : Ustadz Maulana La Eda, Lc. MA.
Sumber: Majalah SEDEKAH Plus Edisi 42 Tahun IV