Seseorang yang membaca atau mendengar al-Qur’an harusnya memberi pengaruh dalam kehidupannya. Ada tambahan keimanan dan keyakinan yang dirasakan. Inilah sifat atau karakter mukmin yang sesungguhnya, yang Allah sebutkan di dalam al-Qur’an.
Allah Azza wajalla berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 72)
Karenanya, sepantasnya setiap mukmin memeriksa hatinya ketika ia membaca al-Qur’an. Adakah tambahan keimanan itu atau tidak? Adakah tambahan keyakinan bahwa hukum-hukum di dalam Al-Qur’an adalah sebaik-baik hukum atau tidak? Semakin yakinkah ia pada Allah sebagai Tuhan yang satu-satunya berhak untuk disembah dan sebagai pengatur terbaik dalam hidupnya atau tidak?
Jika tidak, ia perlu memperbaiki hati itu, karena ada yang salah atau kurang padanya.
Salah satu ciri hati yang baik dan selamat adalah, hati yang mudah tersentuh tatkala membaca al-Qur’an. Ia mudah menerima ayat-ayat Rabbnya, tunduk dan patuh padaNya.
Sebagai contoh, para Jin. Allah abadikan kisah mereka di dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran untuk semua manusia. Ketika mereka mendengar al-Qur’an, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar al-Qur’an yang sangat menakjubkan”.
Allah azza Wajalla berfirman:
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا (1) يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا
“Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami.” (QS. Al-Jin: 1-2)
Pengaruh Al-Qur’an terhadap kehidupan para Jin sangat besar. Hal itu terlihat dari saling desak-desakan antara mereka saat ingin mendengar Nabi Shallallahu’alaihi wasallam membaca al-Qur’an. Sampai-sampai Allah Azza wajalla menurunkan beberapa ayat guna menutup celah, agar mereka tidak menjadikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai tandingan bagi Allah karena kecintaan mereka padanya.
Allah Azza wajalla berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (19) قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا (20) قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا (21) قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (22) إِلَّا بَلَاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالَاتِهِ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا (23)
“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.” Akan tetapi, (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Jin: 19-23)
Hal seperti ini tidak hanya terjadi pada para jin, tapi juga terjadi pada selain mereka.
Lihatlah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Awalnya ia adalah seorang yang sangat membenci islam, bahkan termasuk salah seorang yang paling keras permusuhannya terhadap kaum muslimin. Tapi, ketika ia membaca al-Qur’an di rumah saudarinya yang bernama Fatimah, hatinya bergetar, iman seketika itu juga menelusuk masuk dalam hatinya hingga ia tak kuasa menahan dirinya agar bisa bertemu dengan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam. Disitulah ia mengikrarkan syahadatnya. Ia beriman, bahkan keimanannya memunculkan keberanian para sahabat mengumumkan keimanan mereka.
Maka dari itu, sepantasnya setiap mukmin selalu memeriksa hatinya pada saat ia membaca Al-Qur’an. Jika ayat-ayat Allah tidak dapat menambah keimanannya, maka dengan apa ia akan menyelamatkan dirinya dari Siksanya? Bukankah yang selamat pada hari kiamat adalah orang-orang bertemu Allah dengan membawa hatinya yang selamat?
Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Jika hati kalian bersih, niscaya kalian tidak akan pernah kenyang dari membaca firman-firman Tuhan kalian”.
Tadabburilah al-Qur’an, itulah pintu dari hal itu.
Wallahu a’lam bishshowab.
Oleh Muhammad Ode Wahyu SH.