Bagi yang biasa membaca al-Qur’an, ia pasti biasa mendapatkan firman Allah pada akhir ayat berakhiran dengan bacaan, إن الله غفور رحيم “innallaha ghafurur rahiim” atau إنه هو الغفور الرحيم “Innahu huwal ghafuurur rahiim” yang maknanya Allah itu Maha Pengampun Dan Maha Penyayang.

Hakikatnya, ini bukan sekedar informasi dari Allah kepada manusia akan sifat-Nya Yang Maha Mulia, melainkan juga sebagai wujud penyemangatan dari-Nya agar manusia tidak merasa pesimis dari mendapat kasih sayang-Nya dan agar mereka semangat untuk bertaubat kepada-Nya.

Sifat ini hanya ada pada Allah azza wajalla, tidak terdapat pada diri makhluk-makhluk-Nya, termasuk para Nabi. Buktinya adalah ketika Wahsy seorang laki-laki yang membunuh paman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (Hamzah Ibn Abdil Muththalib) sebelum ia masuk islam pada perang Uhud. Saat ia telah masuk Islam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memaafkan kesalahannya yang begitu besar di matanya -shallallahu ‘alaihi wasallam- namun beliau tidak bisa melupakan perbuatannya yang begitu kejam terhadap Hamzah. Karena itu, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam enggan melihat wajahnya lagi setelah keislamannya itu.

Adapun Allah, Dia Maha Pengampun. Sifat-Nya yang Maha Pengampun itu tidak menghilangkan sifat cinta dan rahmat-Nya pada hamba-Nya yang bertaubat.

Karena itu, sebesar apapun kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sebenar-benarnya pada-Nya, maka Allah akan memaafkannya dan juga akan memberinya rahmat (kasih sayang-Nya).

Dengannya, seorang hamba tak perlu merasa pesimis, tak perlu merasa putus asa, sebab dengan taubatnya itulah ia berhak mendapat rahmat-Nya. Karena itu, inilah hikmah dari penggandengan nama Allah itu, al-Ghafur dan Ar-Rahim, yang menunjukkan kesempurnaan sifat-Nya.

Allah meletakkan dua nama-Nya di akhir ayat pada tempat-tempat yang sangat berhubungan dengan penjelasan Allah pada ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an ini bukanlah karangan Sayyiduna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, melainkan kalamullah yang diturunkan kepadanya.

Mari perbanyak istighfar.

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.

Wallahu a’lam.

Oleh Ustadz Abu Ukasyah Wahyu al-Munawy

Artikulli paraprakUstadz Harman Ingatkan Pentingnya Menulis Ilmu
Artikulli tjetër300 Santri se-Kota Makassar Ikuti AKSI Wahdah Islamiyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini