Akan tetapi orang yang bisa mendapatkan keutamaan ini adalah yang benar-benar membuktikan kecintaannya terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan cara meniti di atas jejak dan manhajnya, serta mengikuti petunjuknya, tidak seperti kaum yahudi dan nasrani yang walaupun mereka mencintai nabi-nabi mereka, mereka tidak akan bisa bersama dengan nabi-nabi tersebut di akhirat kelak karena mereka menyelisihi petunjuk dan agama mereka. Demikian pula kecintaan Abi Thalib terhadap Rasulullah yang mengakibatkan kaumnya sendiri ‘Quraisy’ memboikotnya, namun hal ini tidak menyelamatkan dirinya dari azab akhirat sebab ia tidak mengikuti petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Jadi hadis ” seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai (Allah dan RasulNya)” perlu pembuktian dengan cara mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya agar cinta itu tidak hanya sekedar klaim belaka.
Dalam Shahih Muslim Rabi’ah bin ka’ab Al Aslamy radhiyallahu’anhu berkata :
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: «سَلْ». فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ. قَالَ: «أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ»؟ قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ. قَالَ: «فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُود».
Artinya : “Adalah saya bermalam bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, lalu saya mendatangi beliau dengan membawakan air wudhu dan keperluannya. Beliau lalu bersabda kepadaku : “Mintalah sesuatu kepadaku”, saya berkata : “Saya meminta agar saya bisa bersamamu di surga “, beliau menjawab : “Adakah permintaan selain itu”, saya berkata : “hanya itu’, beliau lalu bersabda ; “Bantulah saya atas dirimu (agar bisa bersamaku di surga kelak) dengan memperbanyak sujud (shalat)”.
Ibnu Qayim rahimahullah berkata : “Jika engkau ingin melihat ketinggian sebuah semangat/cita-cita maka lihatlah cita-cita Rabi’ah bin ka’ab Al Aslamy radhiyallahu’anhu ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata kepadanya : “Mintalah’, ia hanya berkata : “Saya meminta agar saya bisa bersamamu di dalam surga”, padahal selainnya mungkin akan meminta sesuatu yang bisa mengisi perutnya atau menutup kulitnya”2.
Hadis ini juga menunjukkan bahwa cita-cita bisa menemani Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam di surga kelak tidak akan bisa dicapai dengan hanya sekedar berangan-angan akan tetapi harus disertai dengan amalan. Adapun makna “Saya meminta agar saya bisa bersamamu di dalam surga” adalah “mohonlah dan berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku sebagai salah satu pendampingmu di surga kelak” sebab Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak akan mungkin bisa memasukkan seseorang ke dalam surga kecuali dengan izin Allah.