Allah menciptakan manusia berpasangan pria dan wanita agar keduanya bisa hidup berdampingan dalam mahligai rumah tangga yang harmonis.
Alloh berfirman,
(وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ)
[سورة الروم 21]
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS. Ar-Ruum:21)
Harapan dan doa dari setiap pasangan suami istri adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
? Sakinah bermakna pasangan menjadi tempat yang nyaman untuk saling berbagi, baik dalam keadaan senang maupun susah.
? Mawaddah bermakna betul-betul mencintai pasangan dari dalam hati karena Alloh, tidak ada unsur keterpaksaan maupun kepura-puraan.
Sehingga cinta yg hadir adalah karena bagusnya agama dan akhlak, bukan karena harta, jabatan maupun tendensi dunia yang lainnya.
? Rahmah bermakna kasih sayang, sehingga tidak ada sedikitpun niatan untuk saling menyakiti pasangan baik secara zhohir maupun batin.
? Agar keharmonisan terpelihara dalam rumah tangga
Abul Aswad Addu’aly ketika menikahkan putrinya beliau berpesan:
“Muliakanlah kedua matanya, hidungnya, dan kedua telinganya”.
[Lihat kitab Mu’jamul Udaba’ 4/1467].
Dalam bahasa sastra yang indah beliau menginginkan agar putrinya tersebut, memuliakan suaminya dengan tiga perkara:
1. Penampilan yang indah, agar kedua mata suaminya senang, tidak bosan dan selalu tertarik memandangnya.
2. Parfum yang wangi, agar hidung suaminya nyaman mencium aroma harumnya.
3. Kata-kata yang baik, agar kedua telinga suaminya terhibur dan tenteram ketika mendengarnya.
So… meski Abul Aswad berpesan pada putrinya, namun pada hakikatnya pesan ini juga berlaku untuk suami.
Karena Allah ta’ala telah berfirman:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Para isteri itu berhak mendapatkan kebaikan, sebagaimana kebaikan yg dibebankan kepada mereka”. [Al-Baqoroh: 228].
Oleh Reky Abu Musa, Lc