Oleh Sekjen World Wide Association for Introducing Islam. Syekh Dr Yahya Ibrahim Ali al-Yahya MA
(Wawancara Khusus Harian Fajar di Kantor DPP WI)
Tabiat orang Indonesia yang lemah lembut dinilai salah satu celah untuk memasukkan paham-paham sesat. Sekretaris Jenderal World Wide Association for Introducing Islam atau Lembaga Internasional Dakwah Islam Syekh Yahya Ibrahim Ali al-Yahya, mengaku prihatin dengan kondisi ini.
Ada apa sebenarnya di balik peluncuran Film Fitna itu? Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi hal seperti itu? Lalu, apa hubungannya dengan aliran sesat yang bermunculan di Indonesia?
Di sela-sela jadwalnya yang padat akhir pekan lalu, pakar fiqih dan hadis Universitas Islam Medinah yang datang ke Makassar atas undangan Wahdah Islamiyah itu, meluangkan sedikit waktu untuk berbincang khusus dengan wartawan Harian Fajar Alief Sappewali. Berikut petikannya:
Assalamu alaikum. Senang sekali mendapat kesempatan berbincang dengan Anda. Pertama, saya ingin tahu tentang lembaga Anda. Bisa dijelaskan secara singkat?
Saya juga sangat senang bertemu Anda. Organisasi ini terbentuk sekira tiga tahun lalu. World Wide Association for Introducing Islam ini adalah sebuah lembaga internasional yang bertujuan memperkenalkan Islam ke seluruh didunia. Harapan kita, agar tidak terjadi distorsi dalam memahami agama Islam.
Belakangan ini banyak pihak yang tidak mengenal Islam yang hakiki sehingga kerap timbul kesalahpahaman. Bahayanya, kondisi tersebut sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendiskreditkan Islam dan kaum muslimin. Maka lembaga ini dibentuk dengan misi memperkenalkan Islam yang sesungguhnya.
Semua orang harus tahu bahwa Islam yang sesungguhnya itu memiliki nilai-nilai yang mulia. Ini sangat penting diketahui oleh orang-orang Islam maupun orang di luar Islam.
Sejauh ini, apa saja yang telah dilakukan lembaga Anda untuk mewujudkan misi itu?
Banyak hal yang sudah kami lakukan. Pertama, ini yang paling penting, yakni menyiapkan tenaga-tenaga yang memiliki kemampuan sangat baik untuk memperkenalkan Islam. Orang-orang itu memiliki pemahaman terhadap Islam yang sudah sangat dalam.
Kedua, menyiapkan beberapa bentuk sarana untuk menambah ilmu tentang Islam, baik berupa bacaan, kaset, maupun dalam bentuk film. Bahan-bahan itu kemudian disebarkan ke berbagai negara di seluruh dunia. Kami berharap melalui media itu, semua orang bisa mengetahui Islam yang sesungguhnya.
Ketiga, kami menggelar pameran berskala internasional. Even seperti ini kami nilai sangat tepat untuk menjelaskan tentang Islam. Keempat, melakukan pertemuan-pertemuan dalam bentuk mukhtamar, seminar, dan workshop di mana di situ dijelaskan tentang Islam dan hakikatnya.
Organisasi ini berpusat di mana? Apakah ada perwakilan di beberapa negara?
Organisasi ini berpusat di Medinah al-Munawwarah. Sejauh ini, kami terus berupaya membuka cabang di seluruh penjuru dunia. Kami memang sangat berharap lembaga ini di seluruh negara di dunia agar Islam bisa lebih dikenal.
Selama ini, ada kesan Barat memposisikan Islam dan kaum muslimin sebagai musuh bersama yang harus dihancurkan. Perilaku negatif segelintir orang Islam, lantas dibesar-besakan. Bagaimana menurut Anda?
Persoalan ini adalah sesuatu yang sangat ironis. Ketika persepsi yang keliru itu dilontarkan pihak “Barat”. Mari kita lihat sejarah peperangan zaman Rasulullah saw. Hingga beliau wafat, kalaupun ada korban, mungkin hanya bisa dihitung hingga sekian ratusan.
Tetapi, kalau kita lihat peperangan yang dikobarkan “Barat” sampai sekarang ini, berapa ratus juta orang yang telah menjadi korban. Pertanyaannya lagi, di mana bom atom, bom nuklir, senjata biologis, dan senjata penghancur massal. Agama Islam tentu saja melarang hal-hal seperti ini.
Bahkan Rasulullah saw mengingatkan kepada kaum muslimin yang ingin berperang mempertahankan kebenaran bahwa ada etika perang ketika perang itu tak terhindarkan lagi. Antara lain tidak boleh membunuh anak kecil, perempuan, orangtua, dan pemuka-pemuka agama yang sedang berada di tempat-tempat ibadah mereka.
Baru-baru ini, umat Islam digegerkan dengan Film Fitna yang dibuat anggota parlemen Belanda Geert Wilders. Menurut Anda, ada apa di balik peluncuran film itu?
Kita melihat dan meyakini bahwa ini merupakan tindakan yang menunjukkan kedengkian orang-orang tertentu terhadap Islam. Mereka adalah orang-orang ekstrem dari non Islam.
Jika sikap-sikap ekstrem seperti yang dilakukan anggota parlemen Belanda itu, tetap terpelihara dan mendapat sokongan dari kalangan mereka sendiri, maka ini akan menyulitkan dialog peradaban.
Kita tidak menyapu rata bahwa semua orang Belanda atau semua orang Barat punya pemikiran seperti itu. Ada juga di antara mereka yang berpikiran objektif. Itu kenyataan juga yang tidak bisa kita pungkiri.
Terhadap kedengkian itu, secara aqidah Islam, kaum muslimin harus menunjukkan ketidaksetujuannya. Itu sebagai bentuk nusrah atau sebuah kepedulian dan bentuk nyata memberikan pertolongan terhadap agama ini. Kaum muslimin harus menunjukkannya tidak sekadar reaktif, tetapi harus responsif.
Maksudnya?
Ketika dalam film diungkapkan atau dikaitkan tentang hal-hal yang sifatnya kekerasan dalam Islam, Alquran dan Rasulullah saw dihina, maka kaum muslimin harus melakukan stressing, pengenalan terhadap Alquran kepada kaum muslimin semuanya. Perlu ada program bersama untuk ta’dimun mushab atau pengaguman mushab.
Tentang Rasulullah saw, perlu dibuat pertemuan-pertemuan internasional dan program sampai ke bawah mengenalkan Rasulullah, tentang keutamaannya, tentang sejarah perjalanan hidupnya, dan tentang seluruh sisi kehidupannya.
Media massa yang dikelola orang muslim juga mesti rajin berinteraksi dengan ayat-ayat Alquran, dengan mushab, dengan Rasulullah agar mereka memiliki pengetahuan yang jelas tentang Islam.
Intinya, kaum muslimin harus instrospeksi diri. Penghinaan terhadap lambang-lambang kesucian Islam itu akibat kelemahan kaum muslimin itu sendiri.
Terakhir, di Indonesia banyak bermunculan aliran yang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) disebut sesat. Tanggapan Anda?
Tercium aroma konspirasi sebenarnya di balik hal seperti itu. Saya memahami bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang penuh kelemahlembutan dan sangat cinta terhadap Islam ini.
Nah, ada upaya memanfaatkan tabiat orang-orang Indonesia itu dengan melancarkan gerakan yang akan memecah kaum muslimin.
Ini harus diwaspadai. Kaum muslimin di Indonesia perlu merespon hal ini dengan kembali mempelajari Islam itu sebaik-baiknya agar tidak terjebak dalam perpecahan dan silang sengketa.([email protected]). Harian Fajar 17 April 2008. Link: http://fajar.co.id/news.php?newsid=62275