Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah mengaruniakan seluruh kenikmatan dan taufik-Nya sehingga setiap amalan kebaikan dapat tersempurnakan karenanya. Salam dan salawat semoga senantiasa terhaturkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai qudwah dan suri tauladan yang terbaik bagi seluruh umatnya.
Kalimat Tauhid atau Laa Ilaha Illallah adalah kalimat yang paling agung di sisi Allah secara mutlak. Dengannya seseorang akan selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat, apabila dia berpegang dengan konsekwensinya. Karena manfaat kalimat tauhid tidak akan terealisasikan pada kehidupan seseorang sampai dia iltizam dengan 7 syaratnya serta menjauhi segala sesuatu yang menyelisihinya. Ketujuh syarat tersebut adalah:
Pertama, pengetahuan terhadap makna kalimat tauhid.
Maknanya bahwa seseorang yang telah mengiqrarkan kalimat tauhid maka dia wajib mengetahui makna yang terkandung padanya berupa penafian dan penetapan. Yaitu penafian terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah, kemudian penetapan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sesembahan yang disembah oleh setiap manusia. Pengetahuan terhadap kalimat tauhid ini hendaknya menafikan kejahilan yang ada tentangnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad: 19)
Ayat ini dengan jelas berisi kandungan perintah untuk mengilmui dan mengetahui makna kalimat tauhid tersebut. Sehingga iqrar seseorang terhadap kalimat tauhid tidak akan bermanfaat sedikitpun sampai dia menjalankan perintah ini.
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
وَلَا يَمۡلِكُ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ
Artinya: “Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahuinya (meyakininya).” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Maknanya bahwa di antara golongan yang dapat memberikan syafa’at atas izin Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat kelak adalah mereka yang mengakui kebenaran kalimat tauhid, dan hal ini tidak terealisasi kecuali apabila mereka mengetahui makna kalimat tersebut.
Diriwayatkan pula dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ
((Barang siapa yang meninggal sedang dia mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang disembah selain Allah, niscaya dia akan masuk ke dalam syurga. ))
Kedua, keyakinan yang menafikkan keragu-raguan.
Maknanya bahwa seseorang yang mengucapkan kalimat tauhid maka dia wajib meyakini seluruh kandungan dan konsekwensinya secara penuh dengan keyakinan kuat yang tidak bercampur keragu-raguan di dalamnya sedikitpun. Karena keimanan seorang hamba hanya diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari padanya apabila ia lahir dari keyakinan dan bukan keragu-raguan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)
Ayat ini menjelaskan bahwa di antara syarat benarnya keimanan seseorang adalah tidak memiliki keragu-raguan tentangnya. Adapun seseorang yang ragu terhadapnya maka dia termasuk ke dalam golongan munafik yang Allah kisahkan tentangnya dalam al qur’an.
Firman-Nya:
إِنَّمَا يَسۡتأذِنُكَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱرۡتَابَتۡ قُلُوبُهُمۡ فَهُمۡ فِي رَيۡبِهِمۡ يَتَرَدَّدُونَ
Artinya: “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS. At-Taubah: 45)
Diriwayatkan dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
((Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan berpegang teguh padanya tanpa ada keraguan niscaya dia masuk syurga.))
Inilah dua syarat kalimat tauhid _mengetahui makna dan meyakininya_ yang seyogyanya diketahui oleh seorang Mukmin. Dengannya, insya Allah kita berharap dan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar tauhid dan keimanan kita kepada-Nya semakin bertambah kuat dan tidak mudah goyah dalam berkehidupan, khususnya dikehidupan akhir zaman seperti saat ini.
Insya Allah syarat lain dari kalimat tauhid akan kita lengkapi di edisi mendatang. Baarakallaahhu fiekum….
Oleh: Ust. Rahmat Badani, Lc., MA
(Alumni S2 Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah, Dosen STIBA Makassar & Penulis Buku “Rahasia Kalam Ilahi”)