100% ABU BAKAR, 50% UMAR, ?% MUKTAMAR
“Tidak ada yang membahayakan Utsman atas apapun yg ia perbuat setelah hari ini” (Jami’ at-Tirmidzi, Manaqib Utsman bin Affan, II/211)
Hiruk pikuk melanda pusat kota Romawi, tersiar khabar militer yg valid dari medan Mu’tah, bahwa tentara mereka tiada mampu menumpas pasukan Madinah yang jumlahnya hanya segelintir. Iya.. segelintir, bayangkan saja 200.000 tentara Adikuasa Dunia terlatih nan masyhur melawan 3.000 laskar “kemaren sore” dari Madinah. Perbandingan yang terlalu mencolok, 67 banding 1. Kira-kira, opini apa yang kemudian beredar di pusat-pusat analisa dunia saat itu? Bahwa ada 3.000 kekuatan militer seadanya, melawan 200.000 kekuatan militer lengkap nan canggih. Itupun sang Jenderal pengganti pasukan kecil tsb berhasil menarik mundur pasukannya dengan hanya terkorban PULUHAN nyawa, sementara pihak lawan menelan kekalahan dengan tewasnya RATUSAN prajurit dan tidak berani melanjutkan perang. Kira-kira headline news apa yang bakalan dimuat? Dan apa analisa pakar-pakar militer yg bakal diulas? Maka saat itulah pamor Madinah naik, sementara pamor Romawi mulai dipertanyakan.
Namun Heraklius Sang Pemimpin Agung Romawi bukanlah pemimpin atau politisi “anak bawang”. Dengan segenap pengalaman dan potensi imperiumnya, maka Heraklius pun hendak melancarkan serangan kembali, misinya jelas: yaitu menumpas habis pasukan Madinah sampai ke akar-akarnya dalam satu kali serangan. Maka belum genap setahun dari peristiwa di Mu’tah, terhimpunlah pasukan raksasa yang pernah ada dalam lembaran zaman. Dukungan material perang hingga gaji pasukan pun dipersiapkan sebaik-baiknya. Setahun penuh gaji pasukan dibayarkan dimuka sebagai penyemangat, bahkan tak tanggung-tanggung, iming-iming bonus duniawi pun ditawarkan.
Sementara di Madinah, keadaannya pun tak kalah mencekam. Bahkan saking gawatnya, Rasulullah sampai tak sempat mengunjungi para istrinya hingga hampir sebulan. Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dialog Umar dan shahabatnya: “… apakah pasukan Ghassan (Romawi) telah datang?, temannya menjawab: Bahkan lebih dasyat daripada itu, Rasulullah telah menjauhi (mentalak) istri-istrinya..” hingga akhir hadits. Lalu Rasulullah berkeputusan, pasukan Romawi harus diserang terlebih dahulu sebelum musim panas berakhir, padahal bisa dibayangkan bagaimana puncak musim panas di jazirah Arab, panasnya bisa lebih dari 50 derajat celcius. Itulah strategi jitu, memanfaatkan iklim gurun yang sudah dihafal oleh pasukan Madinah. Terkumpullah 30.000 pasukan Madinah. Tapi Madinah tidak punya anggaran perang! Maka Rasulullah pun mengumumkan kaum muslimin untuk berdonasi persiapan perang.
Inilah Utsman tampil menyumbangkan 900 ekor unta lengkap beserta barang bawaannya (ibarat 900 truk kontainer lengkap seisinya hari ini), lalu 200 Uqiyyah emas (senilai 20M hari ini), ditambah lagi 1.000 dinar yang beliau tumpahkan di pangkuan Rasulullah, hingga terucap dari lisan Rasul yg mulia: “Tidak ada yang membahayakan Utsman atas apapun yg ia perbuat setelah hari ini”. Tak cukup sampai disitu, ketika pasukan memerlukan kuda perang, maka Utsman pun menyumbangkan 100 ekor kuda perang yang harganya hari ini senilai 1 juta reyal per ekor! Pada fragmen itu pula kita dapati Abu Bakar menyumbang 100% hartanya hingga terucap kalimat menyejarah: “aku sisakan untuk keluargaku, Allah dan Rasul-Nya”, sementara Umar “menyerah kalah dari Abu Bakar” karena hanya bisa menyumbangkan 50% hartanya, dan pribadi-pribadi lainnya tampil dengan donasi-donasi terbaiknya (Abd. bin Auf, al-Abbas, Thalhah, Sa’ad, dll)
Yang lain pun tak mau kalah, apa-apa yg bisa mereka persembahkan untuk Allah dan rasul-Nya, mereka serahkan. Bahkan ada yg hanya membawa satu genggam atau dua genggam gandum sumbangan sebagai wujud nyata bahwa mereka ingin ikut ambil bagian. Sebagai bukti di hadapan Allah kelak, bahwa mereka telah berbuat “sesuatu” untuk menolong Islam.
Tapi pasukan sebanyak itu perlu biaya dan perlengkapan lebih dari itu semua. Singkatnya berangkatlah Rasulullah yang sudah berusia 62 th memimpin pasukan di puncak musim panas, ditambah tiada bekal mencukupi, kesusahan diatas kesusahan, itulah Jaisy al-‘Usrah. Keajaiban pun terjadi… mendapati Madinah ternyata mampu berangkat dengan jumlah pasukan tak terduga di tengah terik musim panas, maka kelebat-kelebat ingatan di Mu’tah merisaukan Heraklius dan pasukannya. Jika dulu 3.000 dilawan 200.000 saja belum tentu menang, apalagi kini yang maju 10 kali lipatnya. Ketakutan pun lagi-lagi menyelimuti hati penentang tauhid itu. Akhirnya pasukan Romawi bubar.. “walk-out” menarik diri dari kancah pertempuran. Sementara Rasulullah menanti mereka di Tabuk (700 Km dari Madinah) yang tentu saja lebih dekat dari pusat kota Romawi. Maka kemenangan milik Allah dan Rasul-Nya beserta kaum mukminin.
* * *
Persiapan kini memang bukan persiapan ke Tabuk, tapi ke Jakarta.
Perhelatan kini memang bukan peperangan, tapi sebuah Muktamar Ormas.
Yang dihadapi kini memang bukan Persi atau pun Romawi, tapi kekuatan de-Islamisasi
Yang disana berkonspirasi rapi sembunyi-sembunyi maupun brutal terang-terangan dengan dana tak terbatas disertai kelicikan, berusaha memadamkan kalimat “laa ilaha illallah muhammad ar-rasulullah”. Sementara disini kita dalam jalinan cinta dan ukhuwah sebuah Ormas Islam juga hendak bersinergi dan mengatur strategi dengan sebuah Muktamar, serta kerja-kerja panjang sebelum dan sesudahnya. Terbingkai dalam tema: Mewujudkan Indonesia Damai dan Berperadaban dengan Islam yang Wasathiyah.
Akankah kafilah Muktamar ini menyandang gelar yang mirip “Jaisy al-‘Usrah”?
Akankah engkau tampil menjadi Utsman, Abu Bakar, Umar ataupun sekedar hanya dengan segenggam gandum terbaikmu?
Salurkan donasi saudara, meski hanya senilai segenggam gandum ke:
Bank Syariah Mandiri (451)
No. 749 316 2068
a.n. Muktamar 3 Wahdah Islamiyah
CP Elan (08175473175)
Semoga menjadi amal jariyah, berkah hingga ke Jannah, amin.
MAB (Muhammad Agung Bramantya ST., MT., M.Eng., Ph.D), 23 Februari 2016
@00.15 WIB setelah tarbiyah halaqah tanfidz di sudut kota Jogja.