Yang dimaksud dengan pembatal keislaman dalam tulisan ini adalah hal-hal yang jika diyakini, diucapkan dan dilakukan menyebabkan keislaman seseorang menjadi batal.
Syekh Muhammad at Tamimi dan ulama lainnya telah menyebutkan, ada sepuluh pembatal keislaman yang paling berbahaya.

Pertama, Syirik atau menyekutukan Allah dalam ibadah.

Syirik merupakan pembatal keislaman paling berbahaya sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Maidah ayat 72.

Kedua, Menjadikan seseorang sebagai perantara kepada Allah, dimana perntara tersebut dijadikan tempat meminta (berdo’a) meminta syafa’at, dan bertawakkal   kepada mereka.

Ketiga, Tidak mengkafirkan (tidak menganggap kafir) orang kafir atau musyrik dan atau meragukan kekafiran mereka serta membenarkan ajaran mereka.

Keempat, Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi Muhammad lebih sempurna daripada petunjuk Nabi.

Kelima, Membeci sesuatu ajaran dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun mengamalkannya. Berdasarkan firman Allah dalam surah Muhammad  ayat 9.

Keenam, Istihza, mengolok-olok Agama, Allah, dan RasulNya. Berdasarkan firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 65-66.

Ketujuh, Sihir. Siapa yang melakukan praktik sihir atau ridha dengannya, maka dia kafir. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 102.

Kedelapan, Membantu dan menolong orang Musyrikin dalam memerangi dan atau menimpakan mudharat kepada orang beriman. Sebagaimana dijelaskamn surah Al-Maidah ayat 51.

Kesembilan, Meyakini bahwa sebagian manusia boleh keluar dari syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya adalah firman Allah dalam surah AliImran ayat 85.

Kesepuluh, Berpaling dari agama Allah dengan tidak mempelajari dan tidak mengamalkan. Sebagaimana dijelaskan dalam surah As-Sajadah ayat 22.

Kesepuluh perkara ini merupakan pembatal syahadat dan keislaman yang sangat berbahaya. Tidak ada perbedaan antara dilakukan secara serius dan main-main atau bercanda. Karena itu setiap Muslim hendaknya waspada dari 10 pembatal keislaman ini.

Artikulli paraprakFaktor Penyebab Futur (14): Menyimpang dari Sasaran yang Benar
Artikulli tjetërFaktor Penyebab Futur (15): Tidak Menyadari Tantangan yang Menghadang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini